JAKARTA, Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan agar Indonesia tidak mengalami ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat.
Hal ini seiring dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan impor minyak dan LPG dari AS, sebagai bagian dari respons terhadap kebijakan AS yang menerapkan tarif impor timbal balik atau reciprocal tariff sebesar 32 persen kepada Indonesia.
Menurut Erick, saat ini 57 persen impor LPG Indonesia berasal dari Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Respons Tarif Trump, Indonesia Akan Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS
“Ini yang tentu kami lagi memohon pertimbangkan, karena jangan sampai juga kalau sampai ketergantungannya terlalu maksimal,” ujarnya di Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Dia mengatakan, bila tiba-tiba dari pihak Amerika sedang ada kendala, misal terjadi bencana alam atau rantai pasoknya terganggu, maka Indonesia dikhawatirkan akan mengalami kesulitan karena tidak memiliki alternatif negara lain sebagai pengganti yang bisa memasok kebutuhan LPG di dalam negeri.
“Ini mungkin yang kemarin kita cukup berhati-hati,” katanya.
Kendati demikian Erick menyampaikan bahwa untuk impor minyak mentah (crude oil) dari AS masih memiliki peluang untuk ditingkatkan.
“Kalau minyak mentah hari ini kita baru 4 persen impor dari AS. Artinya kita bisa shifting kebutuhan crude oil kita dibandingkan misalnya LPG,” katanya.
Terkait hal ini sebut dia, tentunya masih dalam tahap yang belum diputuskan, apakah nantinya Indonesia bisa menaikkan jumlah impor minyak mentah dari 4 persen misalnya ke 25-30 persen dari AS.
“Tentu ini yang balance antara transaksi perdagangan ini yang kita jaga. Jangan sampai kita didominasi kebutuhan oleh satu negara,” kata Erick.
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara.
Baca juga: Dampak Tarif Trump, RI Bakal Tingkatkan Impor LPG dan LNG dari AS
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah saat ini sedang menghitung seberapa besar volume impor minyak dan LPG dari AS yang memungkinkan untuk ditingkatkan.
“Ini (minyak dan LPG) yang kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan sebagai salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika,” ujarnya, di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Ia menuturkan, peningkatan impor minyak dan LPG tersebut bertujuan untuk menyetarakan neraca perdagangan antara Indonesia dengan AS. Lantaran, AS menerapkan kebijakan tarif impor yang tinggi terhadap negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan negaranya.
Bahlil bilang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan RI terhadap AS saat ini mengalami surplus berkisar 14-15 miliar dollar AS. Maka, untuk mengurangi gap tersebut, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan dirinya untuk melihat potensi peningkatan impor produk AS dari sektor migas.
“Kita diperintahkan oleh Bapak Presiden untuk melihat potensi-potensi apa saja yang bisa kita beli barang dari Amerika,” katanya. Menurut Bahlil, saat ini memang 54 persen dari keseluruhan impor LPG Indonesia berasal dari AS.
Baca juga: Koperasi Merah Putih Bakal Jadi Agen LPG, Sembako, hingga Pupuk