Beberapa bangunan peninggalan Romawi Kuno masih berdiri tegak hingga saat ini, sejak kurang lebih dua ribu tahun setelah puncak Kekaisaran Romawi.
Sebut saja Pantheon di Roma, saluran air Romawi di Spanyol, dan pemandian Romawi Kuno di Inggris.
Daya tahan bangunan-bangunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kombinasi bahan dan produksi beton Romawi.
Lantas, apa yang membuat bangunan bangsa Romawi mampu bertahan selama ribuan tahun?
Baca juga: Bangunan Romawi Kuno Awet Ribuan Tahun, Ini Rahasianya
Meski para peneliti masih belum tahu secara pasti bagaimana beton Romawi dibuat, setidaknya mereka memiliki beberapa petunjuk.
Itu termasuk berapa banyak bahan-bahannya dan bahwa beton tersebut dapat memperbaiki dirinya sendiri saat terkena hujan.
Beton Romawi adalah campuran yang unik, dan orang Romawi diketahui telah menggunakan beton sejak abad ketiga SM.
Baca juga: Arkeolog Temukan Kuburan Masal Prajurit Romawi di Bawah Lapangan Sepak Bola
Rahasia di balik beton Romawi berasal dari bahan-bahannya dan metode pencampurannya. Salah satu bagian penting adalah pozzolan, atau abu.
Bangsa Romawi menggunakan abu dari lapisan vulkanik kota Pozzuoli di Italia dan mengirimkannya ke seluruh kekaisaran.
Kandungan silika dan alumina dalam abu bereaksi dengan kapur dan air dalam reaksi pozzolan pada suhu sekitar, menghasilkan beton yang lebih kuat dan tahan lama.
Baca juga: Arkeolog Temukan Benteng Romawi Berusia 1.600 Tahun di Turkiye
Bahan utama lainnya adalah serpihan kapur, atau potongan kecil kapur tohor, yang memberi beton Romawi kemampuan “memperbaiki diri”.
Beton mengalami pelapukan dan melemah seiring waktu, tetapi air dapat menyusup ke celah-celahnya dan mencapai serpihan.
Ketika serpihan kapur bereaksi dengan air, ia menciptakan kristal yang disebut kalsit dan mengisi celah-celah tersebut.
Baca juga: Peneliti Inggris Berhasil Buka Gulungan Romawi Kuno Berusia 2.000 Tahun, Apa Isinya?
Dengan cara ini, beton-beton pada bangunan Romawi Kuno dapat “menyembuhkan” dirinya sendiri.
Misalnya makam Caecilia Metella yang berusia 2.000 tahun di Italia memperlihatkan retakan yang dipenuhi kalsit.