BANDUNG, Mendung siang itu menggantung rendah di langit Bandung Selatan. Hembusan angin membawa cepat asap hitam dari sebuah kebun kecil di Kampung Cibodas, Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu. Biasanya sunyi, hari-hari terakhir kampung ini riuh oleh suara tungku dan semangat seorang pemuda: Hasan Fiidel, 24 tahun.
Dengan jaket ojek online yang tak pernah lepas dari tubuhnya, Hasan sibuk memanaskan aspal bekas. Sejak dua pekan lalu, kebun itu jadi ‘laboratorium’ baginya, tempat ia mewujudkan niat sederhana namun besar: menambal jalan berlubang yang sering jadi mimpi buruk pengguna jalan, termasuk dirinya.
“Sampai saat ini juga saya aktif jadi ojek online. Kebetulan waktu lagi narik saya pernah jatuh karena jalan yang berlubang sampai waktu itu handphone saya LCD-nya rusak. Jatuhnya di salah satu jalan di Kota Bandung. Kepikirannya di situ, saya berpikir aja, jangan sampai orang ngalamin jatuh karena jalan yang berlubang,” katanya, Senin (19/5/2025).
Berawal dari luka dan layar ponsel yang retak, lahirlah tekad untuk menambal lubang-lubang di jalanan Bandung. Hasan lalu menyelami internet, menyaring informasi dari YouTube, Google, hingga AI. Hanya dalam dua hari, ia mulai paham dasar-dasar mencairkan aspal.
Baca juga: Pernah Jadi Korban, Usmanto Kini Rutin Bersihkan Ranjau Paku di Jalan Jakarta
Berbekal Rp 500.000 hasil ngojek, Hasan membeli tabung gas, ember, pasir beton, hingga lem aspal. Berkali-kali gagal, namun ia terus mencoba. Tak ingin mengganggu tetangga dengan asap pekat, ia memindahkan aktivitasnya ke kebun terpencil dekat rumah.
“Ternyata pas saya terjun ke lapangan, ternyata beda-beda misalnya spek aspalnya, buat jalan desa, provinsi, dan jalan nasional itu beda,” ujarnya.
Empat bulan ia habiskan untuk belajar. Eksekusinya baru dimulai dua minggu terakhir, saat ia menambal jalan di depan Kantor Desa Cibodas. Tapi sebelum itu, Hasan lebih dulu meminta izin kepala desa.
“Waktu pertama nyobain itu di jalan Desa Cibodas, saya bicara ke Kades. Itu salah satu adab saya. Kebetulan di depan jalan desa ada yang berlubang juga. Jadi sebelum nambal yang jauh, kita bantu dulu yang sekitar lah. Alhamdulillah, responnya mendukung,” katanya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Tepis Bapak Tiri, Sentil Bupati, Jalan Rusak Segera Diperbaiki
Setiap hari, Hasan menyelam sambil minum air. Ia tetap menarik penumpang, sekaligus mengumpulkan sisa-sisa aspal yang terkelupas di pinggir jalan. Jika dulu ia harus membeli semua bahan, kini ia hanya mengeluarkan uang untuk gas dan cairan perekat.
“Kalau dulu habis sekitar Rp 500 ribu tanpa dikontenkan. Kalau sekarang tergantung lubang. Kaya kemarin di Katapang itu cuma puluhan ribu,” ujarnya.
Pukul 10 pagi, Hasan sudah berada di kebun. Tiga jam dihabiskan untuk mencairkan aspal menggunakan kompor gas dan ember. Setelah terurai, ia menuangkannya ke lubang yang sebelumnya sudah dibersihkan dan dilapisi lem.
“Kalau untuk pengerjaan di lapangan itu paling 20 menit sampai 30 menit lah, yang lama itu dari proses mencairkan aspalnya. Biasanya bisa sampai 2 atau 3 jam,” jelasnya.
Aksi Hasan menuai simpati. Rekan sesama ojol dan warga ramai-ramai mengomentari unggahan video di TikTok dan Instagram-nya. Ada yang sekadar menyemangati, ada pula yang ingin ikut membantu. Tapi Hasan memilih bekerja sendiri dulu.