Home / MONEY / Harga Ayam Naik-Turun, Pemerintah Benahi Rantai Pasok Nasional

Harga Ayam Naik-Turun, Pemerintah Benahi Rantai Pasok Nasional

JAKARTA, Fluktuasi harga ayam hidup di tingkat peternak yang tak kunjung stabil mendorong pemerintah untuk membenahi rantai pasok ayam ras secara menyeluruh. Kementerian Pertanian (Kementan) menilai perlu ada restorasi sistem tata niaga ayam nasional agar efisien dan adil bagi semua pihak, mulai dari peternak hingga konsumen.

“Rantai pasok ayam ras harus ditata ulang agar efisien dengan kolaborasi dan dukungan seluruh unsur pemerintah dan pelaku usaha,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda, dikutip Senin (19/5/2025).

Suparno Nojeng, pelaku usaha ayam yang telah berkecimpung sejak 1980 di Jakarta, menjelaskan bahwa suplai ayam broiler ke Ibu Kota sebagian besar berasal dari Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Meskipun pasokan terbilang stabil, harga ayam di tingkat peternak sering fluktuatif, sementara harga pasar cenderung tetap. “Harga ayam selalu fluktuatif karena ketidaksinkronan antara peternak, pedagang, dan pembeli,” katanya.

Baca juga: Pemerintah Akan Tata Ulang Rantai Pasok Ayam Ras Usai Harga Melambung

Untuk itu, Kementan memperkuat pengawasan distribusi dan harga ayam broiler, khususnya di sentra konsumen seperti Jakarta dan sekitarnya.

“Ini penting untuk menjaga ketersediaan dan harga ayam tetap pada level yang wajar,” ucap Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Hary Suhada.

Menurut Hary, pelaku usaha masih menghadapi tantangan fluktuasi harga dan tingginya biaya logistik. Kementan akan mendorong efisiensi rantai pasok serta integrasi distribusi ayam, agar peternak rakyat terlindungi dan konsumen mendapat harga terjangkau.

Pemerintah juga meminta peran aktif organisasi perangkat daerah (OPD) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk mengendalikan distribusi anak ayam umur sehari (DOC FS), ayam hidup, dan karkas.

OPD diminta mengumpulkan dan menganalisis data produksi dan konsumsi secara rutin, agar kebijakan distribusi berbasis data dan bisa mencegah over supply maupun shortage.

Baca juga: Harga Ayam Anjlok, Kementan Ancam Sanksi Perusahaan Tanpa RPHU

Per 13 Mei 2025, harga ayam hidup (livebird) tercatat sekitar Rp 16.500 per kilogram, masih di bawah harga pokok produksi, dengan bobot ayam antara 1,6 hingga 1,8 kilogram.

Untuk menstabilkan pasar, pemerintah melakukan pengendalian produksi melalui pemotongan telur tetas (cutting HE) dan afkir dini parent stock.

Realisasi cutting HE telah mencapai 13,8 juta butir atau setara 11,4 juta anak ayam (DOC) dari target 49,7 juta butir.

Sementara itu, sebanyak 284.062 ekor parent stock juga telah diafkir dini dari target 3 juta ekor. Penyerapan ayam hidup oleh 17 perusahaan pembibit pun terus berjalan, dengan total 387.746 ekor terserap pada harga rata-rata Rp 17.286 per ekor.

Baca juga: Harga Ayam Hidup Anjlok, Ini 10 Daerah dengan Harga Terendah

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *