Head of Macro and Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu menyentuh 4,9%. Prediksi ini di bawah target pemerintah yang sudah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 5,2%.“Jadi overall view untuk keseluruhan tahun 2025, ekonomi Indonesia mungkin masih bisa tumbuh 4,9% dan ini masih didominasi oleh pertumbuhan konsumsi dan juga investasi,” kata Dian dalam Economic Outlook Q2 2025, Senin (19/5).Jika dilihat dari keseluruhan outlook 2025, berbagai dampak dan gejolak eksternal sangat memengaruhi. Namun hal ini hanya berdampak terbatas ke perekonomian Indonesia.Oleh karena itu, konsumsi dan investasi masih perlu digenjot ke depan. Bank Mandiri masih menemukan adanya perlambatan konsumsi dan investasi pada kuartal I 2025.Menurut Dina, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh permintaan domestik. Meski demikian, masih ada beberapa faktor yang mendukung permintaan domestik.“Tentunya akselerasi dari kebijakan fiskal maupun moneter itu perlu pelonggaran. Ini akan bisa menopang pertumbuhan ekonomi ke depan,” ujar Dian.Namun Dian melihat adanya perlambatan pertumbuhan konsumsi karena dampak normalisasi pada kuartal I 2024, terutama disebabkan adanya pemilihan umum atau pemilu.“Jadi belanja rumah tangga pada saat Pemilu naik cukup tinggi. Sehingga kita melihat ada base effect yang terjadi tahun ini,” ujar Dian.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025 hanya 4,87%. Angka ini melambat jika dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang mampu tumbuh 4,91%.Riset Mandiri Spending Index (MSI) hingga 11 Mei 2025 tercatat PADA level 257,9 poin. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan level ini mencerminkan pemulihan belanja masyarakat pascalebaran.Menurut Andry, libur Hari Buruh dan Waisak menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi masyarakat, terutama pada kategori transportasi dan perjalanan.“Belanja masyarakat tercatat naik signifikan pada awal Mei 2025, meski kemudian mengalami normalisasi wajar. Provinsi tujuan wisata seperti DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mencatat kenaikan tertinggi selama periode libur panjang,” ucap Andry.Sementara itu, fungsi intermediasi industri perbankan menunjukkan moderasi dengan pertumbuhan kredit 9,16% (yoy) pada Maret 2025. Meski demikian, likuiditas menjadi lebih ketat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 4,75% dan loan to deposit ratio naik menjadi 88%.Dian juga menyoroti adanya perlambatan terutama dari investasi bangunan. “Investasi bangunan ini mendominasi seluruh investasi tetap, Gross Fixed Capital Formation (GFCF) sekitar 74%. Investasi bangunan dan ini memang ada hubungannya dengan perlambatan dari sisi konstruksi,” kata Dian. GFCF dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah komponen penting dalam produk domestik bruto (PDB) yang mencerminkan investasi pada aset tetap yang digunakan untuk produksi jangka panjang.Ia menjelaskan bahwa perlambatan terjadi dari sisi infrastruktur maupun dari sisi sektor properti. Kedua sisi tersebut belum memperlihatkan akselerasi di tengah berbagai gejolak eksternal yang terjadi belakangan ini.
Ekonomi RI Masih Lesu, Diramal Hanya Tumbuh 4,9% pada 2025

Tag:Breaking News