Temasek mengurangi secara drastis investasinya di startup tahap awal, diduga karena kenaikan suku bunga dan menyusul kegagalan investasi, salah satunya eFishery. eFishery tengah menghadapi dugaan penipuan laporan keuangan.“Perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura itu menjadi lebih pesimistis terhadap perusahaan-perusahaan tak tercatat, yang berisiko tinggi, karena meyakini akan lebih sulit bagi mereka untuk mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO),” menurut beberapa sumber dikutip dari Financial Times, pekan lalu (4/6).Sumber menyampaikan perubahan pendekatan itu terjadi setelah Temasek mencatatkan kerugian ratusan juta dolar atas investasi di sejumlah startup yang kolaps. Dua di antaranya bursa kripto FTX dan eFishery.“Portofolio investasi Temasek telah mengalami beberapa pukulan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir,” kata seorang manajer dana yang diberi pengarahan tentang strategi grup tersebut. “Mereka mengubah pendekatan untuk mendapatkan lebih banyak keberagaman dan juga mengurangi volatilitas pengembalian.”Investasi tahap awal telah dibatasi hingga 6% dari portofolio Temasek sejak 2021, dengan sekitar setengahnya melalui investasi langsung dan sisanya melalui dana modal ventura.“Kami menyadari risiko dan tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan tahap awal dan menerima risiko biner yang menyertai investasi di perusahaan-perusahaan tersebut,” kata Temasek dalam keterangan pers.“Kami melihat penurunan arus investasi ke investasi tahap awal di pasar sejak 2022 dan, sebagai hasilnya, telah mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terhadap investasi baru,” Temasek menambahkan.Investasi Temasek pada perusahaan tahap awal turun dari US$ 4,4 miliar pada 2021 menjadi US$ 509 juta tahun lalu, menurut penyedia data Tracxn. Sementara itu, pendanaan sejak awal tahun US$ 70 juta.Selama periode yang sama, Temasek memangkas jumlah investasi putaran pertama yang dilakukannya pada perusahaan yang tidak tercatat dari 82 pada 2021 menjadi 11 tahun lalu.Temasek akan terus berinvestasi pada startup secara tidak langsung melalui dana modal ventura, tetapi investasi langsungnya telah bergeser menjadi komitmen yang lebih besar pada kelompok perusahaan yang lebih kecil yang lebih dekat untuk IPO, menurut beberapa sumber.Didirikan pada 1974 untuk mengelola dana Pemerintah Singapura di perusahaan-perusahaan terbesar di negara itu, Temasek telah menjadi investor global selama dua dekade terakhir.Selama kurun waktu tersebut, Temasek meningkatkan eksposur ke perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar, yang kini mencapai lebih dari setengah nilai portofolio grup yang bernilai US$ 300 miliar.Tim manajemen investasi Temasek telah menetapkan bahwa kenaikan suku bunga global selama beberapa tahun terakhir telah mempersulit startup untuk mengumpulkan modal dan menghambat peluang mereka untuk IPO.Kesulitan pendanaan itu juga telah mengungkap masalah mendasar pada beberapa perusahaan rintisan yang terkenal. Temasek menghapuskan investasi US$ 275 juta di FTX ketika bursa kripto ini mengajukan kebangkrutan pada 2022.Setelah peninjauan terhadap investasi tersebut, yang menurut Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyebabkan kerusakan reputasi dalam perannya sebagai menteri keuangan saat itu, Temasek memotong gaji tim investasi dan manajer senior.Temasek juga merupakan investor besar di eFishery. Salah satu pendiri eFishery mengatakan kepada Bloomberg pada April bahwa ia telah memasukkan angka-angka palsu ke dalam laporan keuangan.Startup lain yang disuntik Temasek yakni e-commerce Singapura Zilingo, perusahaan terapi gen Locanabio, Pear Therapeutics yang berpusat di Boston, dan perusahaan bioteknologi Tessa Therapeutics.Temasek juga telah berinvestasi di perusahaan tahap awal, termasuk grup e-commerce Cina Alibaba, bisnis pembayaran Belanda Adyen, perusahaan pengiriman makanan AS DoorDash dan Eternal asal India.
eFishery Diduga Penipuan, Temasek Singapura Disebut Kapok Suntik Startup

Tag:Breaking News