Hipertensi adalah kondisi medis ketika tekanan darah dalam arteri secara konsisten berada di atas batas normal, yaitu ≥140/90 mmHg.
Penyakit ini sering disebut sebagai “pembunuh senyap” atau “the silent killer” lantaran sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal.
Namun seiring waktu, tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius bagi kesehatan, seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Untuk itu, penderita hipertensi membutuhkan perawatan yang sesuai dengan kondisinya, salah satunya dengan mengonsumsi obat secara rutin.
Pada umumnya, obat hipertensi harus dikonsumsi seumur hidup yang bertujuan untuk menjaga tekanan darah agar tetap terkendali dan mencegah komplikasi serius.
Lantas, bagaimana efek obat hipertensi pada ginjal jika dikonsumsi secara terus-menerus seumur hidup?
Baca juga: Apakah Penderita Hipertensi Perlu Minum Obat Seumur Hidup? Ini Kata Dokter
Dokter spesialis penyakit dalam di RS Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Syifa Mustika, SpPD-KGEH mengatakan, konsumsi obat hipertensi jangka panjang tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Justru sebaliknya, hipertensi yang tidak terkontrol bisa merusak ginjal secara perlahan.
Pasalnya, tekanan darah tinggi yang berlangsung lama dan tidak terkendali membuat ginjal tidak mampu menyaring zat-zat sisa dan natrium secara efektif.
Hal ini menyebabkan zat-zat dalam darah yang seharusnya dibuang jadi menumpuk.
Selain itu, tekanan darah tinggi yang konsisten dapat menyebabkan arteri di ginjal jadi menyempit, melemah, bahkan mengeras. Kondisi ini bisa memicu aliran oksigen dan nutrisi ke jaringan ginjal menjadi terhambat.
Seiring waktu, kerusakan ini dapat menyebabkan hilangnya kemampuan ginjal untuk berfungsi dengan baik, contohnya seperti munculnya protein dalam urine (proteinuria).
“Jadi intinya, obat hipertensi perlu dikonsumsi jangka panjang, bahkan seumur hidup bila tekanan darah tidak bisa dikontrol tanpa obat,” ujar Syifa kepada , Jumat (23/5/2025).
Baca juga: 5 Olahraga yang Sebaiknya Dihindari Penderita Hipertensi, Apa Saja?
Selain itu, kata Syifa, beberapa obat antihipertensi seperti ACE inhibitor (misalnya captopril, lisinopril) atau ARB (losartan, valsartan) memang bisa menyebabkan kenaikan kreatinin sementara.
Kreatinin adalah zat limbah yang diproduksi oleh otot selama aktivitas fisik, dan diatur oleh ginjal dalam darah. Kadar kreatinin yang tinggi dapat menjadi indikasi gangguan ginjal.