Home / MONEY / Dari Minyak hingga Tiket Pesawat, Dampak Konflik Israel-Iran Mulai Terasa

Dari Minyak hingga Tiket Pesawat, Dampak Konflik Israel-Iran Mulai Terasa

KOMPAS.com-Serangan Israel ke wilayah Iran pada Jumat pekan lalu berpotensi memperluas ketegangan menjadi konflik regional berskala besar.

Ketegangan ini tidak hanya memicu kekhawatiran keamanan, tapi juga mengancam kestabilan ekonomi global dan menekan kantong rumah tangga serta pelaku usaha.

Dilaporkan AP News, pasar langsung bereaksi. Harga minyak dan emas melonjak, sementara nilai dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Kondisi ini mencerminkan arus dana ke instrumen yang dianggap lebih aman.

Baca juga: Harga Minyak Melonjak dan Saham AS Anjlok Setelah Israel-Iran Saling Serang

Setelah dua tahun berjuang menghadapi inflasi tinggi pascapandemi Covid-19, warga AS kini makin waspada terhadap gejolak ekonomi.

Salah satunya akibat tarif tambahan dari Presiden Donald Trump, meskipun dampaknya belum terasa secara luas.

Ketegangan terbaru di Timur Tengah ini dapat memicu lonjakan harga yang lebih luas dan kembali membebani konsumen.

Berikut sektor-sektor yang diperkirakan paling terdampak:

Harga minyak mencatat kenaikan harian tertajam sejak awal perang Rusia-Ukraina pada 2022. Meski harga gas sempat turun hampir setahun terakhir, pengaruh konflik terhadap harga di SPBU masih belum pasti.

Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia. Meski penjualannya dibatasi oleh sanksi Barat, potensi pecahnya perang besar bisa mengganggu aliran pasokan ke pasar global.

“Hilangnya pasokan ekspor ini akan menghapus surplus yang diharapkan pada kuartal keempat tahun ini,” tulis analis ING dalam catatan ke klien.

Selama ini, harga energi cenderung terkendali karena produksi tetap tinggi sementara permintaan rendah. Tapi perang bisa dengan cepat mengubah keseimbangan tersebut.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) awal bulan ini memutuskan menambah produksi. Langkah itu sempat menurunkan harga minyak ke titik terendah dalam empat tahun pada awal Mei.

Data dari AAA (American Automobile Association) menunjukkan harga rata-rata bensin di AS pada Jumat lalu mencapai 3,13 dollar AS per galon (sekitar Rp50.960), lebih murah dibanding 3,46 dollar AS (sekitar Rp56.310) pada periode yang sama tahun lalu.

Baca juga: Israel-Iran Memanas Lagi: Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

Biaya pengiriman juga melonjak. Serangan terhadap kapal di Laut Merah oleh kelompok Houthi—yang didukung Iran—memaksa kapal dagang menghindari jalur tersebut. Di saat bersamaan, pelaku usaha di AS mempercepat impor barang sebelum tarif baru Trump berlaku, meningkatkan permintaan pengiriman dan mendongkrak ongkos.

Indeks Baltic Dry, indikator utama untuk biaya pengangkutan curah seperti batu bara, biji-bijian, dan bijih besi, menyentuh titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Ketegangan geopolitik yang meningkat mendorong perusahaan berebut menyelesaikan pengiriman sebelum tahun berakhir, dan otomatis mendorong ongkos naik.

Saham perusahaan pengiriman seperti Teekay dan Frontline ikut melesat pasca-serangan Israel.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *