Jakarta – Sahabat, keluarga, dan rasa kebersamaan dapat menghasilkan kebahagiaan, tetapi lingkungan tempat tinggal Anda juga dapat berdampak besar pada kesejahteraan diri. Namun, apa sebenarnya yang membuat sebuah “kota bahagia”?Untuk mengetahuinya, para peneliti di Institute for the Quality of Life baru-baru ini merilis 2025 Happy City Index (Indeks Kota Bahagia 2025), yang melacak 82 indikator kebahagiaan di enam kategori utama, termasuk warga negara, tata kelola, lingkungan, ekonomi, kesehatan, dan mobilitas. Indeks tersebut mengukur kebijakan yang berkontribusi pada kualitas hidup, serta implementasi dan dampaknya terhadap penduduk.Indeks tersebut mencatat bahwa tidak ada kota yang pada akhirnya dianggap sebagai “paling bahagia”, melainkan menyebutkan sekelompok 31 kota yang masuk dalam Gold Cities list atau daftar “Kota Emas”, yang menunjukkan skor yang sangat tinggi di semua metrik.Untuk mengetahui kebijakan dan fitur seperti apa yang benar-benar membentuk “kota bahagia”, para peneliti berbicara kepada penduduk yang tinggal di lima tempat dengan skor tertinggi di seluruh dunia.Berikut ini daftar lima kota paling bahagia 2025, salah satunya dari Asia, seperti dikutip dari BBC, Selasa (20/5/2025)1. Kopenhagen, DenmarkDenmark sering kali masuk dalam indeks negara paling bahagia, jadi mungkin tidak mengherankan jika ibu kotanya menerima skor keseluruhan tertinggi. Kopenhagen mendapat skor yang sangat baik dalam kategori Lingkungan, yang memberi peringkat pada ruang hijau, keberlanjutan, dan pengelolaan limbahnya; dan kategori Ekonomi, yang mempertimbangkan hal-hal seperti PDB, gaji rata-rata, dan inovasi keseluruhan, serta kehadiran perusahaan internasional.Kota ini juga mendapat peringkat yang baik dalam kategori warga negara, yang mencakup sumber daya budaya seperti perpustakaan dan museum, serta keterlibatan dan acara warga. Bagi penduduk tetap bernama Mari-Anne Daura, suasana kuliner dan budaya yang semarak membuatnya tetap mencintai tempat tinggalnya.”Kota ini selalu menyelenggarakan acara gratis, baik itu Festival Cahaya Kopenhagen, Perpustakaan Manusia, Kopenhagen Memasak, atau Pesta Jalanan Distortion. Saya menghargai seberapa besar upaya yang dilakukan kota ini dalam mengkurasi pengalaman bagi warganya,” kata Mari-Anne Daura. “Selalu ada sesuatu yang dapat dilakukan dan sesuatu yang baru untuk dialami, yang membuat saya memilih untuk tinggal di Kopenhagen daripada Stockholm.”Warga negara Denmark juga menghargai penekanan Kopenhagen pada moda transportasi alternatif dan aman.”Hampir sepertiga atau lebih penduduk bersepeda dan kota itu sendiri memiliki jalur sepeda sendiri, yang digunakan banyak orang untuk bepergian ke dan dari kota. Sistem metro juga berjalan lancar,” ucap penduduk bernama Aaron Wertheimer.Aaron merekomendasikan pengunjung untuk menyewa sepeda dan bersepeda di atas jembatan Hans Christian Andersen. “Anda dapat melihat seluruh kota, kanal-kanalnya, dan arsitekturnya yang indah, dan Anda akan lebih menghargai estetika dan suasana kota secara keseluruhan,” katanya.Daura merekomendasikan untuk naik bus air untuk menikmati kota dari sudut pandang lain. “Lihatlah suasana dan berbagai macam truk makanan di Reffen [pasar makanan kaki lima terbesar di Eropa Utara],” katanya. “Bagi saya, tidak ada yang lebih menggambarkan Kopenhagen daripada Reffen.”2. Zurich, SwissMendapat peringkat kedua tertinggi dalam indeks, kota terbesar di Swiss ini menerima nilai tinggi khususnya dalam kategori Warga Negara serta kategori Tata Kelola, yang mengukur partisipasi warga dalam kebijakan pemerintah dan akses ke layanan digital untuk meningkatkan kehidupan penduduk.Kemudahan hidup secara keseluruhan ini membuat kota ini jauh lebih bebas stres, menurut warga.”Sebagai ibu dari dua anak, Zurich adalah tempat yang tepat untuk membesarkan keluarga,” kata warga bernama Raquel Matos Gonçalves, yang membantu warga pindah ke Swiss melalui perusahaannya Expat You. “Masalah utama dalam kehidupan sehari-hari ditangani sepenuhnya: sangat aman (anak-anak dapat pergi ke sekolah sendiri dari taman kanak-kanak); transportasi umum yang selalu tepat waktu; dan Zurich adalah kota yang sangat bersih dan teratur.”Raquel Matos Gonçalves menambahkan: “Semua aspek ini membuat kehidupan sehari-hari begitu mudah, begitu dapat diprediksi, sehingga dapat menyerap stres yang biasanya Anda alami.”Kota ini juga memiliki aturan dan pedoman yang jelas. “Moto tidak resminya adalah ‘Jika tidak mengatakan ya, anggap saja tidak’,” kata warga bernama Amelie Guiot, yang berarti bahwa setiap orang harus mematuhi hukum dan peraturan, menjaga infrastruktur seperti jalan dan transportasi umum tetap teratur dan bersih. Ia juga menghargai air minum gratis dari lebih dari 1.000 air pancuran umum di kota ini.Guiot merekomendasikan pengunjung untuk mengunjungi Kunsthaus Zurich, museum seni terbesar di Swiss – meskipun kota ini memiliki lebih dari 50 museum lain untuk minat yang lebih khusus. Pada hari yang cerah, semua orang bermigrasi ke badis (pemandian umum) di tepi danau. “Favorit saya adalah FrauenbadStadthausquai, pemandian kayu khusus wanita,” katanya.3. Kota Singapura, SingapuraKota Singapura sering menempati peringkat tinggi dalam berbagai indeks, terutama sebagai salah satu negara paling bahagia di Asia berkat kemudahan berbisnis, kebersihan, dan infrastrukturnya.Dalam Indeks Kota Paling Bahagia 2025, Singapura mencetak skor sangat baik dalam metrik kesehatan yang baru dibuat, yang melacak keselamatan secara keseluruhan, inisiatif kesehatan masyarakat seperti vaksinasi, serta perlindungan finansial untuk biaya kesehatan.Negara ini juga meraih peringkat tinggi dalam metrik Tata Kelola Pemerintahan, di mana penduduk merasakan kebijakan yang meringankan beban biaya hidup—masalah yang menghantui kota-kota lain di dunia.”Meskipun Singapura sudah sangat mahal, skema perumahan publik (HDB) yang baik dan diperkenalkan sejak dini, bersama dengan kenaikan harga properti, telah membantu banyak warga Singapura tidak hanya memiliki rumah, tetapi juga aset finansial yang bisa dicairkan untuk masa pensiun atau keadaan darurat,” kata Hwee-Boon Yar, seorang warga.”Ukuran pulau yang kecil dan hubungan dengan negara tetangga menjadi pendorong kuat agar kota ini tetap kompetitif, namun tetap bersahabat dengan negara lain.”Penduduk juga menghargai bagaimana infrastruktur kota memudahkan mereka menikmati hidup.”Selain kenyamanan, kebijakan Singapura tentang ruang hijau, keamanan, dan inklusivitas multikultural benar-benar menonjol. Anda bisa dari presentasi ke klien global di pusat kota, lalu menikmati sate di tepi sungai dalam satu malam yang sama,” kata Samuel Huang, pemilik bisnis berbasis di Singapura.Bagi yang pertama kali berkunjung, ia merekomendasikan jalan-jalan di kawasan Tiong Bahru yang trendi, “di mana sejarah, kuliner, dan desain bertemu dengan kehidupan lokal dengan cara yang paling menawan,” ujar Samuel Huang.4. Aarhus, DenmarkSebagai kota terbesar kedua di Denmark, Aarhus sering dijuluki “kota besar terkecil di dunia” – sebuah julukan yang membantu warganya tetap bahagia dengan menggabungkan fasilitas perkotaan dan nuansa komunitas kecil. Kota ini meraih nilai tinggi di semua metrik, terutama dalam kategori Warga, Lingkungan, dan Kesehatan – faktor-faktor yang menurut penduduk terwujud dalam kemudahan hidup di sini.”Kebahagiaan teranyam dengan mulus dalam keseharian – bukan melalui kemewahan, tapi melalui desain yang penuh kesadaran,” ujar warga Carla Nina Pornelos. “Saya ingat bersepeda ke acara makan malam komunitas di taman atap dengan pemandangan pelabuhan, menyadari betapa mudahnya kebahagiaan ketika sebuah kota benar-benar mendukung kesejahteraan.”Carla Nina Pornelos menyebutkan jalur sepeda terintegrasi, ruang hijau, dan acara publik gratis yang memupuk rasa kebersamaan. Kota ini juga bangga akan inisiatif berkelanjutan seperti sistem pemanas distrik dan program pengolahan sampah menjadi energi, sementara layanan kesehatan dan pendidikan mudah diakses dan berkualitas tinggi. “Tapi bukan hanya soal infrastrukturnya,” katanya. “Melainkan perasaan bahwa orang saling percaya dan percaya pada institusi mereka.”Kota yang menjadi rumah bagi beberapa universitas ini juga memiliki energi khusus yang muncul setelah musim dingin panjang Denmark. “Saat musim semi dan panas tiba, semua orang keluar dari ‘hibernasi’ mereka, siap untuk nongkrong di taman, berenang di pemandian pelabuhan, atau minum bir di tepi kanal,” kata Mathias Steen, warga lokal. “Atmosfernya hangat dan santai; orang-orang ada di mana-mana, dan kota terasa begitu hidup.”Untuk merasakan esensi kota, Pornelos merekomendasikan pengunjung untuk berjalan-jalan di Infinite Bridge saat matahari terbit. “Ini adalah dermaga melingkar yang menjorok ke laut – sunyi, surealis, dan menjadi lambang cara Denmark memadukan alam, seni, dan perencanaan kota yang penuh pertimbangan,” jelasnya. “Momen tunggal itu menggambarkan bagaimana rasanya tinggal di sini: seimbang, indah, dan sangat manusiawi.” 5. Antwerp, BelgiaAntwerp berhasil mengungguli kota saudaranya yang lebih besar, Brussel, dalam Indeks Kota Bahagia, dengan skor lebih tinggi dalam kategori Warga, Pemerintahan, dan Lingkungan. Penduduk memuji sistem transportasi umumnya yang andal, bersepeda yang aman dan mudah, serta ukurannya yang kompak—semua ini membuat mobilitas sehari-hari menjadi cepat dan nyaman.”Saya pindah ke Antwerpen di akhir usia 20-an dengan ekspektasi kota yang menawan, dengan makanan enak dan arsitektur indah, tapi saya bertahan karena betapa nyamannya hidup di sini,” kata Grace Carter, seorang warga. “Ada ketenangan yang efisien di sini yang perlahan Anda rasakan dalam keseharian.”Grace Carter juga mencatat bahwa kota ini berinvestasi dalam kebijakan progresif seperti dukungan untuk keluarga pekerja, perumahan sosial, dan keberlanjutan yang membuat hidup lebih mudah dan menyenangkan. “Yang benar-benar mengejutkan saya adalah keseriusan Antwerp dalam mengelola ruang hijau dan kehidupan budayanya,” tambahnya. “Dari taman tepi sungai hingga museum kelas dunia, ini adalah tempat di mana orang benar-benar menyediakan waktu untuk menikmati hidup, bukan sekadar bekerja.”Untuk menikmati kota ini dengan maksimal, ia menyarankan untuk melewatkan jalur museum yang biasa dikunjungi wisatawan dan malah mengunjungi pasar Sabtu di Theaterplein. “Ambil kopi, dengarkan obrolan warga lokal, dan serap saja atmosfer santai yang penuh keyakinan tenang itu—yang membuat Antwerp terasa seperti rumah.”
Daftar 5 Kota Paling Bahagia di Dunia Tahun 2025, Salah Satunya dari Asia

Tag:Breaking News