Jakarta – Malanutrisi pada lansia kerap luput dari perhatian. Padahal, kondisi ini bisa menjadi awal dari berbagai masalah kesehatan serius. Mulai dari penurunan imunitas, berkurangnya fungsi otak, hingga kematian dini.Sayangnya, tidak semua orang tahu bagaimana cara mengenali ciri-ciri lansia mengalami malanutrisi.Menurut Pembina Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PP PERGEMI), Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM, malanutrisi pada lansia bisa dipicu oleh faktor kesepian dan hilangnya nafsu makan.Prof. Siti menjelaskan bahwa kesepian dapat menjadi penyebab malanutrisi, bahkan mempercepat terjadinya demensia atau kepikunan pada orang lanjut usia.”Mereka tidak mau makan karena makan bersama itu satu kebutuhan,” kata Prof. Siti kepada Health di sela-sela acara “Restoractive Fest 2025 Hadirkan Bakti Sepanjang Usia untuk Dukung Lansia Indonesia Hidup Sehat dan Aktif” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Rabu, 28 Mei 2025.Karena itu, penting bagi keluarga untuk mengenali ciri malanutrisi sejak dini agar dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat. Ciri utama malanutrisi pada lansia adalah hilangnya nafsu makan. Jika lansia mulai menolak makan atau tampak tidak bersemangat saat waktunya makan, hal ini perlu menjadi perhatian serius.”Kalau dia sudah tidak mau makan, keinginan makan tidak ada, itu perlu diwaspadai,” ujar Prof. Siti.Sering kali, lansia kehilangan semangat makan karena kesepian. Makan bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga momen sosial yang penting bagi lansia. Perubahan pada ukuran pakaian juga bisa menjadi sinyal. Jika celana atau baju yang biasa dipakai mulai longgar, bisa jadi itu tanda penurunan berat badan akibat malanutrisi.”Lingkar celananya makin longgar, makin nyusut. Itu ciri-ciri yang gampang dilihat,” kata Prof. Siti.Pemeriksaan visual sederhana ini bisa jadi alat pantau awal bagi keluarga yang merawat lansia di rumah. Lansia yang mengalami malanutrisi biasanya mulai menarik diri dari lingkungan sekitar. Mereka jadi pendiam, enggan berbicara, bahkan cenderung mengisolasi diri.”Kalau si lansia sudah tidak mau berkomunikasi, banyak diam, menarik diri, itu hati-hati. Dia akan berisiko mengalami malanutrisi,” ujarnya.Perubahan perilaku seperti ini bisa menjadi indikator awal bahwa lansia membutuhkan perhatian lebih. Penurunan berat badan yang drastis merupakan tanda klasik malanutrisi. Idealnya, berat badan lansia dipantau secara rutin menggunakan timbangan.”Kalau bisa berat badan diukur rutin. Siapkan saja timbangan di rumah,” kata Prof. Siti.Namun, jika tidak tersedia, pengamatan visual terhadap bentuk tubuh bisa menjadi alternatif untuk mendeteksi perubahan yang mencolok. Malanutrisi membuat lansia kehilangan energi. Mereka jadi mudah lelah, tidak bergairah, bahkan enggan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan atau berbincang.Kondisi ini, jika dibiarkan, dapat menurunkan kualitas hidup dan mempercepat proses penuaan. Kesepian dan kurangnya dukungan keluarga menjadi faktor utama lansia mengalami malanutrisi. Menurut Prof. Siti, lansia yang jarang dikunjungi atau tidak punya teman bicara berisiko tinggi mengalami penurunan kesehatan.”Jangan biarkan lansia itu sendiri. Keluarga mestinya tetap mengunjungi lansia, menemani lansia, setidaknya seminggu sekali bergantian,” ujarnya.Bentuk perhatian sederhana seperti ngobrol, menemani makan, atau sekadar jalan santai bisa berdampak besar pada kesehatan lansia.
Ciri-Ciri Lansia Alami Malanutrisi, Jangan Anggap Remeh Tanda-Tandanya

Tag:Breaking News