SURABAYA, Seorang pengemudi mengaku terpaksa mematikan aplikasinya karena ada aksi ojek online (ojol) di Surabaya, Selasa (20/5/2025). Dia khawatir diberhentikan ketika membawa penumpang.
Salah satu ojol berinisial, MS (38) warga Kecamatan Tambaksari, Surabaya mengatakan, memutuskan untuk mengikuti aksi tersebut sejak di Bundaran Waru, Sidoarjo.
“Dari tadi pagi aku ikut demonya, dari kumpul di Cito (City Of Tomorrow), ya Bundaran Waru itu,” kata MS, ketika dikonfirmasi, Selasa (20/5/2025).
Baca juga: Grab Buka Pintu Dialog untuk Ojol yang Demo di Jakarta
Kemudian, MS juga turut dalam rombongan ojol sepeda motor dan mobil tersebut, ketika menggelar konvoi. Termasuk berhenti di Dishub Jatim, Kominfo Jatim dan sejumlah kantor aplikator.
“Ya akhirnya ikut keliling-keliling kantor itu, lewat Jalan A Yani terus sampek di Grahadi. Sekarang teman-teman (ojol) lain perjalanan ke Kantor Gubernur, Jalan Pahlawan,” ujarnya.
“Ikut (konvoi) sepeda motor ku pas di belakangnya truk sound (mobil komando). Jadi ya ikut rombongan terus ke mana-mana,” imbuhnya.
MS mengaku terpaksa mengikuti aksi demonstrasi tersebut karena permintaan teman-temannya. Selain itu, dia juga khawatir diminta berhenti ketika sedang membawa penumpang.
“Aku enggak ikut kalau yang ke Jalan Pahlawan, panas soalnya ini di warung kopi. Tapi tetap enggak berani nyalakan aplikasi, kalau aku bawa makanan atau penumpang disuruh berhenti gimana?” ujarnya.
Baca juga: Minta Aplikator Turunkan Potongan, Driver Ojol: Kadang Uang Habis buat Makan dan Bensin
Sementara itu Ketua Front Driver Online Tolak Aplikator Nakal (Frontal) Jawa Timur (Jatim), Tito Ahmad menyebut, total ada 5 tuntutan yang dibawa saat aksi ojol di seluruh Indonesia.
“Pertama turunkan potongan aplikasi menjadi 10 persen, naikkan tarif pengantaran penumpang, segera terbitkan regulasi tarif pengantaran makanan dan barang,” ucap Tito.
“Kemudian, tentukan tarif bersih yang diterima mitra, dan mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan Undang-undang (UU) Transportasi Online Indonesia,” tambahnya.