Jakarta Fenomena solstis kembali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pasalnya, pada Sabtu, 21 Juni 2025 bumi akan mengalaminya. Sayangnya, momen ini juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang tidak benar alias hoaks.Maraknya hoaks terkait fenomena solstis menuntut kita untuk waspada dan tidak mudah percaya terhadap berita yang belum jelas kebenarannya.Apa saja hoaks yang beredar terkait solstis? Bagaimana cara membedakannya dari fakta yang sebenarnya?Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memberikan klarifikasi terkait berbagai hoaks yang beredar di masyarakat. Tujuannya adalah untuk meluruskan informasi yang salah dan memberikan pemahaman yang benar mengenai fenomena solstis. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu panik atau khawatir berlebihan.Berikut adalah beberapa hoaks yang sering muncul terkait fenomena solstis dan penjelasan lengkap dari BRIN:Salah satu hoaks yang paling sering beredar adalah klaim bahwa solstis dapat menyebabkan bencana alam. Informasi ini menyebutkan bahwa solstis memicu terjadinya gempa bumi, tsunami, banjir, dan berbagai bencana lainnya. BRIN dengan tegas membantah klaim tersebut. Menurut BRIN, solstis adalah fenomena astronomis murni yang berkaitan dengan posisi matahari terhadap bumi.Fenomena ini tidak memiliki hubungan kausalitas dengan aktivitas vulkanologis, seismik, oseanik, maupun hidrometeorologi yang menjadi penyebab bencana alam. Jadi, informasi yang menyebutkan solstis sebagai penyebab bencana alam adalah tidak benar dan menyesatkan.Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tetap tenang dalam menghadapi fenomena solstis. BRIN juga mengimbau agar masyarakat selalu mencari informasi dari sumber yang terpercaya dan tidak mudah percaya pada berita yang belum jelas kebenarannya.Hoaks lain yang juga sering muncul adalah klaim bahwa solstis menyebabkan matahari berhenti terbit dan terbenam, atau bahkan berbalik arah. BRIN juga membantah klaim ini. Solstis memang memengaruhi durasi siang dan malam, tetapi tidak menyebabkan matahari berhenti atau mengubah arah pergerakannya.Perubahan durasi siang dan malam ini merupakan hal yang wajar dan terjadi secara periodik setiap tahunnya. Fenomena ini disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi terhadap bidang orbitnya mengelilingi matahari.Oleh karena itu, informasi yang menyebutkan matahari berhenti atau berbalik arah saat solstis adalah tidak benar. Masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak memiliki dasar ilmiah yang jelas.Beredar pula imbauan agar masyarakat tidak keluar rumah pada hari solstis karena alasan yang tidak berdasar, seperti radiasi matahari yang berbahaya. BRIN telah mengklarifikasi bahwa tidak ada bahaya yang signifikan terkait dengan keluar rumah pada hari solstis.Radiasi matahari memang ada, tetapi tidak lebih berbahaya dari hari-hari biasanya. Masyarakat tetap dapat beraktivitas seperti biasa tanpa perlu khawatir berlebihan. Namun, tetap disarankan untuk menggunakan tabir surya dan pakaian yang melindungi dari paparan sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan dalam waktu yang lama.Imbauan untuk tidak keluar rumah saat solstis adalah tidak berdasar dan tidak perlu diikuti. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.Sebagian besar hoaks terkait solstis bertujuan untuk menimbulkan kepanikan dan menyebarkan informasi yang tidak benar. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengecek kebenaran informasi dari sumber terpercaya seperti lembaga ilmiah atau pemerintah sebelum mempercayai dan menyebarkannya.Solstis adalah fenomena alam yang normal dan tidak berbahaya bagi kehidupan manusia. Dampaknya yang utama adalah perubahan durasi siang dan malam serta pengaruhnya terhadap perubahan musim, terutama di daerah lintang tinggi.Di Indonesia, dampaknya tidak terlalu signifikan, hanya berupa sedikit perubahan suhu. Jadi, tidak ada alasan untuk panik atau khawatir berlebihan terkait fenomena solstis.
Bumi Mengalami Fenomena Solstis Hari Ini, Simak Kumpulan Hoaksnya

Tag:Breaking News