JAKARTA, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan kondis krisis moneter seperti yang pernah dialami pada tahun 1997-1998 silam, tidak akan kembali menimpa Indonesia,.
LPS memiliki sejumlah instrumen yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan untuk mencegah krisis keuangan di Tanah Air terulang kembali.
“Selama saya ada di sini, di LPS, enggak ada krisis moneter kayak 1998 karena kami akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di LPS untuk mencegah itu terjadi,” ujar Purbaya saat gelaran LPS Putih Abu-Abu Financial Festival 2025 di TMII, Jakarta, Sabtu (31/5/2025).
Baca juga: Premanisme dan Krisis Kepemimpinan
Purbaya menyebut, LPS akan melakukan early intervention atau tindakan pencegahan untuk mengatasi masalah yang berpotensi negatif terhadap sistem keuangan.
“Termasuk early intervention, termasuk juga melaporkan ke rapat, apa yang harus kita lakukan kalau memang ancaman itu ada,” paparnya.
Saat ini, lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan dan menjaga stabilitas sistem perbankan itu tengah mengembangkan sistem peringatan dini alias early warning system (EWS).
Lewat strategi EWS, lanjut Purbaya, LPS bisa melihat dinamika ekonomi nasional dari waktu ke waktu secara lebih perinci.
“Kenapa saya berani bilang begitu? Karena LPS mengembangkan early warning system yang melihat ekonomi kita dari waktu ke waktu dengan detail, termasuk kondisi perbankannya. Jadi kecil kemungkinannya akan kecolongan,” beber dia.
Di lain sisi, LPS memperkirakan nilai aset yang dibukukan mengalami pertumbuhan hingga menyentuh Rp 270 triliun.
Adapun, aset LPS saat ini mencapai Rp 255 triliun, sebagian besar berupa obligasi dollar AS hingga obligasi rupiah, dan sebagian kecil lainnya berbentuk cash.
Purbaya mengatakan, aset lembaga keuangan independen ini melonjak dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, sehingga pada akhir 2025 diproyeksikan mencapai Rp 270 triliun.
“Hitungan kita hampir (nilai aset) Rp 270 triliun akhir tahun ini. Jadi dalam 5 tahun terakhir, LPS meningkatkan uangnya atau asetnya dari Rp130-an triliun, naik dua kali dalam 5 tahun,” ungkap dia.
“Kita punya uang Rp 255 triliun, tapi enggak semuanya cash kan. Sebagian ditaruh di obligasi, sebagian ada cash, sebagian obligasi dollar, sebagian obligasi pemerintah, semua pemerintah ya,” lanjut Purbaya.
Baca juga: Robert Kiyosaki: Jangan Panik, Krisis Finansial Akan Jadi Peluang Seumur Hidup…