Jakarta Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari Kamis. Kurs rupiah melemah sebesar 39 poin atau 0,24 persen menjadi 16.352 per dolar AS dari sebelumnya 16.313 per dolar AS.Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menilai terdapat beberapa faktor yang mendorong nilai tukar rupiah masih melemah, meskipun suku bunga Bank Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan negara lain.”Menurut saya, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rupiah masih melemah meskipun suku bunga BI relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain,” kata Josua kepada Kamis (19/6/2025).Faktor utama yang paling signifikan adalah persepsi risiko global yang meningkat, yang menyebabkan investor lebih cenderung memilih aset safe haven seperti dolar AS.Selain itu, meski imbal hasil yang ditawarkan oleh Indonesia relatif menarik, ketidakpastian domestik seperti defisit neraca perdagangan akibat posisi net importer minyak, dan kebijakan fiskal yang belum sepenuhnya dianggap kredibel oleh pasar, turut memperburuk sentimen pasar terhadap rupiah.”Faktor lainnya adalah ketidakpastian politik domestik menjelang dan setelah pemilihan umum yang memicu sikap wait-and-see dari investor asing, sehingga dana asing sulit masuk secara stabil,” ujarnya. Lebih lanjut, Josua mengatakan untuk memperkuat rupiah dalam jangka pendek dan menengah, selain menggunakan instrumen suku bunga, pemerintah dan BI perlu menerapkan kebijakan tambahan secara sinergis.”Pemerintah perlu memastikan kestabilan fiskal dengan mengelola defisit APBN secara prudent dan kredibel, termasuk dengan meningkatkan efisiensi belanja dan memastikan penerimaan pajak tetap optimal,” ujarnya.Di sisi lain, BI dapat terus memperkuat instrumen non-suku bunga, seperti intervensi langsung di pasar valuta asing dan instrumen Surat Berharga Valas untuk menarik aliran modal asing.”Pemerintah juga dapat memperkuat pengendalian impor strategis yang tidak produktif dan meningkatkan insentif ekspor serta mendorong hilirisasi yang bisa memperkuat posisi neraca transaksi berjalan secara fundamental dalam jangka menengah,” ujarnya. Josua juga menyoroti, jika Bank Indonesia telalu lama menahan BI-Rate sebesar 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%, tanpa penyesuaian, ada beberapa risiko yang dapat timbul.”Pertama, nilai tukar rupiah dapat terus berada dalam tekanan, karena daya tarik aset domestik bisa berkurang dibandingkan negara-negara lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi,” ujarnya.Kedua, pelemahan rupiah yang berkepanjangan dapat meningkatkan inflasi impor, khususnya melalui kenaikan harga energi dan komoditas impor lainnya, sehingga berpotensi mendorong inflasi domestik lebih tinggi dari target BI.Ketiga, investor asing bisa menjadi semakin berhati-hati atau bahkan menarik dana investasi portofolio mereka, sehingga meningkatkan volatilitas di pasar keuangan domestik.
BI Tahan Suku Bunga 5,5% Bikin Rupiah Melemah? Ini Faktanya

Tag:Breaking News