Home / MONEY / BI Perkirakan The Fed Turunkan Suku Bunga Dua Kali pada Semester II 2025

BI Perkirakan The Fed Turunkan Suku Bunga Dua Kali pada Semester II 2025

JAKARTA, Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menurunkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) sebanyak dua kali pada Semester II 2025.

Sebagai informasi, saat ini Fed Funds Rate berada di level 4,25-4,50 persen. Tidak berubah sejak 19 Desember 2024 setelah The Fed menaikkan suku bunganya sebanyak 25 basis poin daro 4,50-4,75 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, The Fed akan memangkas Fed Funds Rate pada September dan Desember 2025 karena inflasi AS diperkirakan tidak setinggi yang diprediksikan sebelumnya.

Baca juga: BI Rate Turun, BI Minta Perbankan Segera Turunkan Suku Bunga Kredit

“Kami memperkirakan Fed Funds Rate akan turun 2 kali meskipun timingnya itu kalau sebelumnya karena ada ketakutan resesi lebih awal,” kata Perry saat konferensi pers RDG BI, Rabu (21/5/2025).

Penurunan perkiraan tarif inflasi AS dipicu oleh meredanya ketegangan perang tarif antara AS dan China. Dari perundingan terakhir, keduanya menyepakati penurunan tarif impor selama 90 hari.

Setelah kesepakatan itu, pertumbuhan ekonomi AS dan China diprakirakan lebih baik dari proyeksi April 2025, yang kemudian berdampak positif pada berbagai negara lain termasuk Eropa, Jepang, dan India.

“Tentu saja ini adalah indikator yang positif. Yang sebelumnya terjadi perang dagang saling meningkatkan tarifnya, kemudian kedua negara mulai melakukan perundingan dan juga terlihat ada kesepakatan untuk penurunan tarif,” ungkapnya.

Baca juga: Bank Sentral Australia Turunkan Suku Bunga Acuan ke Level Terendah 2 Tahun

Perkembangan tersebut menyebabkan berlanjutnya pergeseran aliran modal dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset) di pasar keuangan global dan mulai diikuti dengan peningkatan aliran modal ke negara berkembang.

Akibatnya, indeks mata uang dollar AS terhadap negara maju (DXY) terus melemah dan diikuti pelemahan juga terhadap mata uang negara berkembang di Asia.

Namun demikian, ke depan perkembangan negosiasi tarif impor antara AS dengan China dan negara-negara lain masih dinamis sehingga ketidakpastian perekonomian global tetap tinggi.

Perry menyebut, kondisi ini memerlukan kewaspadaan serta penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

“Kondisi global masih tidak pasti karena kesepakatan antara AS dan China itu kesepakatan sementara 90 hari sehingga kita perlu tetap waspada. BI tidak segan-segan akan memastikan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi NDF di luar negeri maupun spot DNDF dan pembelian SBN di dalam negeri,” tuturnya.

Baca juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *