Home / TREN / Benarkah Berat Badan Turun Bisa Kurangi Risiko Penyakit Kronis?

Benarkah Berat Badan Turun Bisa Kurangi Risiko Penyakit Kronis?

 Sebagian besar orang yang memiliki berat badan berlebih, ingin menurunkan berat badannya demi berbagai alasan.

Berat badan seringkali dikaitkan dengan tubuh yang ideal, kecantikan, kepercayaan diri, dan tampil menarik.

Namun, dikutip dari BBC, Selasa (27/5/2025), orang yang menurunkan berat badan sebelum usia 50 tahun tanpa obat diet atau operasi, terbukti dapat menurunkan berbagai risiko penyakit dan memperpanjang umur.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian tersebut, serta tips menurunkan berat badan tanpa bantuan medis.

Baca juga: Lingkar Pinggang VS BMI, Mana yang Lebih Akurat Deteksi Kanker?

Berdasarkan penelitian dari JAMA Network Open tahun 2025 membuktikan bahwa mereka yang berhasil menurunkan berat badan di usia sekitar 40-50 tahun memiliki risiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit.

Penyakit tersebut antara lain serangan jantung, stroke, kanker, asma, serta penyakit paru obstruktif yang menahun pada usia lanjut.

Penelitian ini menganalisis data dari 23.149 orang dewasa, dengan memantau tiga kelompok dari periode waktu yang berbeda, yakni dari tahun 1985 hingga 1988, tahun 1964 hingga 1973, dan tahun 2000 hingga 2013.

Hasil penelitian menunjukkan peserta yang berhasil menurunkan berat badan mengalami penurunan risiko terkena penyakit kronis sebesar 48 hingga 57 persen dibandingkan dengan yang tetap memiliki berat badan berlebih.

Selain itu, hasil temuan juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan menurunkan risiko kematian sebesar 19 persen.

Dikutip dari BBC, Selasa (27/5/2025) peneliti klinis di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School, New Jersey, Dr. Aayush Visaria yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa penelitian ini berhasil membuktikan hubungan berat badan dengan penyakit kardiovaskular.

“Penelitian ini penting karena membuktikan hubungan antara penurunan berat badan dan penyakit kardiovaskular serta kematian, yang belum cukup diteliti,” kata Visaria.

Baca juga: 7 Tips Mencegah Berat Badan Naik Saat Lebaran, Apa Saja?

Namun, Visaria juga mengingatkan bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Indeks massa tubuh (BMI) yang digunakan dalam penelitian bisa bervariasi tergantung pada ras dan etnis manusianya.

Profesor kedokteran geriatri di Universitas Helsinki, Finlandia, Dr. Timo Strandberg yang juga merupakan penulis dari penelitian ini mengatakan bahwa penelitian ini sulit untuk digeneralisasikan ke populasi lainnya.

“Penelitian ini dilakukan terhadap orang Eropa kulit putih, yang berarti sulit untuk menggeneralisasikan hasilnya ke populasi yang berbeda,” kata Strandberg, dikutip dari BBC.

Selain itu, para ahli menyarankan untuk tetap berhati-hati dalam menafsirkan data. Penelitian ini bersifat observasional sehingga hanya menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *