Home / Herbal / Begini Cara BPOM Promosikan Jamu ke Generasi Muda di Era Digital

Begini Cara BPOM Promosikan Jamu ke Generasi Muda di Era Digital

Jakarta – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terus mendorong pelestarian budaya minum jamu di kalangan generasi muda. Upaya ini dilakukan dengan berbagai strategi inovatif agar jamu tidak hanya dikenal sebagai warisan budaya, tapi juga diterima sebagai bagian dari gaya hidup sehat masa kini. Pengakuan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 6 Desember 2023 menjadi momentum penting. Namun, Indonesia sebagai pemilik kekayaan alam dan budaya tersebut perlu memastikan bahwa jamu tetap relevan, terutama di era digital dan modernisasi konsumsi. “Harus ada program yang jelas dan strategi yang tepat untuk mengembangkannya. Untuk itu, BPOM mengembangkan konsep kolaborasi ABG (academic, business, government),” ujar Kepala BPOM, Taruna Ikrar, di peringatan Hari Jamu Nasional pada Selasa, 27 Mei 2025. Melalui cara ini, BPOM menggandeng berbagai universitas dan pelaku industri untuk menghasilkan inovasi jamu yang berbasis ilmiah dan sesuai standar. Pendekatan ini juga dibarengi dengan kemudahan regulasi serta pendampingan usaha agar produk jamu bisa bersaing di pasar lokal maupun global. “Dari sisi BPOM, kami melalui Kedeputian Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik mengupayakan regulasi serta memberikan pendampingan yang memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya,” tambah Taruna. Tokoh masyarakat seperti Ahmad El Jallaludin Rumi atau El Rumi pun menilai tren minum jamu di kalangan anak muda masih tertinggal dibandingkan minuman kekinian. “Padahal konsumsi jamu lebih sehat. Ini mungkin karena kurangnya edukasi dan anak-anak muda harus lebih membuka ruang untuk menerima jamu sebagai gaya hidup,” ujar El Rumi di kesempatan yang sama. Jamu sendiri merupakan minuman tradisional Indonesia yang dibuat dari bahan dasar tanaman alami. Secara turun-temurun, jamu dipercaya mampu menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai keluhan ringan. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), kata “jamu” ada yang berasal dari gabungan kata “Jawa” dan “ngramu” yang berarti ramuan buatan orang Jawa. Ada pula yang menyebut asalnya dari bahasa Jawa Kuno “Djampi”, berarti metode penyembuhan dengan herbal. Proses pembuatan jamu cukup sederhana, yakni dengan mengambil sari dari perasan atau tumbukan tanaman herbal. Beberapa bahan populer dalam jamu antara lain kunyit, temulawak, jahe, kencur, dan kayu manis. Berikut lima jenis jamu tradisional yang masih digemari masyarakat: Jamu berbahan dasar kunyit dan asam ini punya rasa manis-asam dan menyegarkan. Khasiatnya termasuk meningkatkan daya tahan tubuh, meredakan nyeri haid, menurunkan tekanan darah, hingga menyejukkan perut.Terbuat dari campuran beras dan kencur, jamu ini terkenal dapat meningkatkan nafsu makan, meredakan pegal linu, serta membantu menurunkan kolesterol dan memperkuat sistem imun.Jamu ini dibuat dari rimpang temu kunci, daun sirih, kunyit, hingga kapulaga. Manfaatnya antara lain untuk mengatasi keputihan, mengurangi bau badan, mengecilkan rahim, dan menguatkan gigi.Rasanya pedas-pahit, dan bermanfaat untuk mengatasi masuk angin, perut kembung, tekanan darah rendah, hingga mencegah anemia karena kandungan zat besinya yang tinggi.Mengandung bahan pahit seperti sambiloto dan brotowali, jamu ini dipercaya bisa mengatasi gatal, biduran, gangguan pencernaan, dan bau badan.Dengan pendekatan edukatif, promosi digital, serta dukungan regulasi yang memudahkan pelaku usaha, BPOM berharap jamu bisa kembali menjadi pilihan utama masyarakat, terutama generasi muda, dalam menjaga kesehatan secara alami dan berkelanjutan. 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *