Home / Ekonomi Sirkular / Bayi Orang Utan Lahir di Lembaga Konservasi Kasang Kulim Riau

Bayi Orang Utan Lahir di Lembaga Konservasi Kasang Kulim Riau

Seekor bayi Orang Utan berjenis kelamin Jantan lahir di Lembaga Konservasi (LK) Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada Jumat (2/5) pagi. Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, menamai anak Orang Utan tersebut dengan nama Ade.Raja Juli mengatakan Ade lahir dari hasil perkawinan antara induk Susi (Betina) dan Yongki (Jantan). Adapun, kedua induk Orang Utan tersebut merupakan satwa titipan Balai Besar KSDA Riau.“Kondisi bayi Orang Utan dalam kondisi sehat dan mulai aktif untuk mendapatkan ASI dari induknya,” ujar Raja Juli dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (20/5).Dia mengatakan Orang Utan merupakan satwa langka endemik Indonesia dan saat ini memiliki status Terancam Punah (endangered) berdasarkan IUCN Red List. Untuk itu hadirnya Ade akan menjadi perhatian tim medis agar dapat bertahan hingga dewasa.Adapun, pihak  yang ditugaskan untuk menjaga Ade adalah tim medis balai besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau.”Tim Medis Balai Besar KSDA Riau saat ini terus melakukan pemantauan bayi Orang Utan tersebut beserta induknya untuk memastikan pertumbuhan dan kesehatan satwa bayi Orang Utan,” ujarnya.Kepala Balai Besar KSDA Riau, Supartono memastikan akan memberikan masukan kepada perawat satwa dan pengelola LK Kasang Kulim agar memberikan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi induk.“Balai Besar KSDA Riau terus melakukan pembinaan dan koordinasi dengan lembaga konservasi Kasang Kulim dalam rangka menjamin lingkungan yang sehat dan aman untuk daya dukung satwa liar yang optimal sebagaimana prinsip etika dan kesejahteraan satwa,” ujar Suhartono.Sementara itu, Direktur Jenderal KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, mengatakan kelahiran bayi Orang Utan didalam lembaga konservasi merupakan suatu keberhasilan pengelolaan lembaga konservasi.“Kelahiran bayi didalam lembaga konservasi merupakan salah satu bentuk keberhasilan pengelolaan lembaga konservasi mengimplementasikan program pengembangbikan terkontrol termasuk pemenuhan standar pengelolaan dan perawatan satwa,” kata Satyawan.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *