BEKASI, Di antara tumpukan sampah dan genangan air setinggi lutut orang dewasa, dua bocah kecil tampak berdiri dengan harapan besar yang menggantung di mata mereka.
Zidan (9) dan Dafa (10), penghuni Perumahan Kartika Wanasari, Cibitung, Kabupaten Bekasi, menyuarakan keluh mereka kepada Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi.
“Pak Dedi, lihat ini Pak Dedi, banjir ini, Pak Dedi. Bantuinlah Pak Dedi,” seru Zidan, dalam riuh air yang tak kunjung surut, Senin (19/5/2025).
Baca juga: 3.000 Warga Cibitung Bekasi Masih Terendam Banjir
Bukan orasi, bukan juga konferensi pers. Hanya satu kalimat polos dari seorang anak kecil yang tinggal di kampung yang berubah jadi kolam.
Namun demikian, mungkin itulah jeritan paling jujur tentang banjir di negeri ini.
Dafa, rekan Zidan, ikut menyampaikan keluhannya. Tak dengan nada marah, tapi dengan pengamatan tajam yang seolah menampar yakni soal tumpukan sampah di sungai.
“Banjir dari kemarin, pas hujan gede, banjir gara-gara banyak sampah, banyak juga ini Pak Dedi,” ujarnya.
Ironisnya, setelah mengadukan nasibnya, Zidan dan Dafa tidak menangis atau merengek. Mereka justru berenang, bermain air bersama kawan-kawan.
Bagi anak-anak, genangan pun bisa jadi kolam renang, selama orang dewasa belum membereskan urusan drainase.
Baca juga: Derita Warga Perumahan Kartika Cibitung, Seminggu Tiga Kali Terendam Banjir
Sebanyak 600 keluarga menjadi korban banjir sejak Minggu (18/5/2025). Hujan deras, air kiriman dari Sungai Sadang, dan saluran air, menyulap Perumahan Kartika Wanasari menjadi danau dadakan.
Jalan-jalan tergenang hingga setinggi 80 sentimeter. Pengendara motor menuju Pasar Induk Cibitung dan Stasiun Cibitung harus putar balik, menunggu air surut atau keberanian datang.
Warga tetap bertahan, mungkin karena pasrah, atau barangkali sudah terlalu sering merasakan “wisata air” seperti ini.
(Reporter: Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Akhdi Martin Pratama)