Home / Tech News / BAKTI Ratakan Internet di Pelosok, Klaim Kecepatannya Tembus 8 Mbps di Daerah 3T

BAKTI Ratakan Internet di Pelosok, Klaim Kecepatannya Tembus 8 Mbps di Daerah 3T

Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) terus memeratakan akses internet di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Hal ini dilakukan agar internet di 3T merata di seluruh negeri dan bisa menggenjot transformasi digital di Indonesia, tanpa terkecuali. Sekadar informasi, internet yang digulirkan BAKTI Komdigi kini mencapai ribuan titik layanan di provinsi prioritas. Misalnya di Nusa Tenggara Timur, BAKTI Komdigi menggelar 548 titik BTS 4G dan USO dengan total 2.691 titik akses internet gratis.  Adapun di Maluku Utara, BAKTI membangun 497 BTS 4G BAKTI dan 687 titik layanan internet gratis. Semua dilakukan sebagai bagian dari strategi besar pemerataan akses digital nasional.  Sebanyak 27.858 lokasi publik sudah terhubung dengan internet dari satelit SATRIA-1. Adapun 6.747 lokasi sudah mendapatkan sinyal seluler 4G.  BAKTI juga melakukan modernisasi jaringan transmisi secara intensif, yakni dari teknologi VSAT ke microwave dengan kecepatan Committed Information Rate (CIR) sebesar 8 Mbps per lokasi, hasil kerja sama dengan Telkomsat. Hal ini dilakukan karena akses digital bukan hanya tentang koneksi tetapi juga kualitas dan keberlanjutan layanan.  Direktur Utama BAKTI Komdigi Fadhilah Mathar menyebut, “Migrasi kapasitas dari Februari 2025 membuat performansi jaringan kian stabil. Menurut Fadhilah, dengan migrasi kapasitas ini, indikator seperti atensi menurun dan packet loss kian kecil. Itu artinya, layanan jadi makin bisa diandalkan oleh masyarakat.  Dengan begitu, masyarakat di daerah pelosok yang mengandalkan internet untuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi digital bisa mendapatkan manfaat lebih baik. Sekadar informasi, satelit SATRIA-1 yang memiliki kapasitas 150 Gbps menjadi tulang punggung layanan digital di daerah yang sulit dijangkau internet fiber optik.  Masyarakat pun memberikan sejumlah testimoni atas kehadiran konektivitas internet yang andal di wilayah 3T.  Misalnya, Kepala Sekolah SD Inpres 9 Halmahera Barat, Maluku Utara, Nurul, menyebutkan, lewat kehadiran internet, kini guru bisa mengikuti pelatihan daring dan siswa juga bisa melakukan asesmen online tanpa hambatan. Sementara di area pertahanan dan keamanan, Komandan Kompi II PAMTAS SATGAS RI-RDTL di perbatasan Inbate, NTT, Kapten Arhanud Kasman Effendi, mengungkapkan bahwa konektivitas internet membantu kesatuannya. “Akses berita nasional dan internasional menjadi lebih mudah. Laporan kegiatan bisa dikirim lebih cepat dan masyarakat di sekitar pos pun ikut menikmati fasilitas ini,” katanya. Adapun Kepala Desa Sasur, Halmahera Barat, Inkarianto Christi Saban, mengungkapkan, warganya kini memanfaatkan internet untuk mengembangkan website desa dan berkomunikasi antarwarga.  Menurut Menkomdigi Meutya Hafid, pembangunan infrastruktur perlu dibarengi dengan edukasi digital sebagai fondasi bagi kemajuan Indonesia. Menurut Meutya, transformasi digital hanya bisa berjalan optimal jika masyarakat memiliki pemahaman digital yang memadai. “Konektivitas harus dibarengi solusi, internet bukan hanya soal tersambung tetapi bagaimana digunakan dengan bijak untuk kemajuan,” katanya, mengutip keterangan BAKTI, yang diterima Senin (16/6/2025). Menyoal pembangunan infrastruktur, Meutya mengatakan, pemerataan digital menjadi amanat langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Tujuannya adalah untuk mendorong layanan publik agar sepenuhnya berbasis digital. Mengingat tantangan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, gotong royong diperlukan untuk membangun infrastruktur hingga ke pelosok dan perbatasan. Ia mengatakan, pembangunan di daerah 3T tidaklah mudah, namun bukan tidak mungkin. 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *