Home / Internasional / Bagaimana Perang Iran-Israel Dimulai?

Bagaimana Perang Iran-Israel Dimulai?

Tel Aviv – Israel dan Iran terus saling melancarkan serangan dalam konflik terbaru mereka yang dimulai pada Jumat, 13 Juni 2025. Pada saat bersamaan, retorika keras terus bermunculan dari kedua belah pihak.Konflik ini bermula ketika Israel pada Jumat menyerang situs-situs nuklir dan militer di Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan serangan udara yang menargetkan wilayah Israel.Kementerian Kesehatan Iran terakhir kali memperbaru informasi korban pada Minggu (15/6), yakni 224 orang. Demikian seperti dilansir kantor berita Anadolu. Sementara itu, seperti dilansir Al Jazeera, Israel mencatat 24 kematian akibat serangan Iran.Operasi Rising LionSehari sebelum “Jumat keramat”, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengimbau warga di Distrik 18 Tehran—yang mencakup bangunan militer dan kawasan permukiman—untuk segera mengungsi.Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 03.30 waktu setempat pada Jumat, serangan pertama dilaporkan terjadi di Teheran. Televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa wilayah permukiman di ibu kota terkena serangan.Israel menargetkan fasilitas nuklir Natanz—sekitar 225 km di selatan Teheran—dan menurut IDF, serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar.Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan yang diberi nama Operasi Rising Lion itu menyasar “jantung” program nuklir Iran.”Jika tidak dihentikan, Iran dapat memproduksi senjata nuklir dalam waktu sangat singkat,” klaim Netanyahu seperti dilansir BBC.Iran selama ini bersikeras bahwa program nuklirnya bersifat damai.Segera setelah serangan Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengatakan bahwa Israel harus bersiap menerima hukuman berat. Menteri luar negeri Iran menyebut serangan Israel sebagai deklarasi perang.Beberapa jam kemudian, Iran membalas dengan meluncurkan rudal balistik ke puluhan target, pusat militer, dan pangkalan udara di Israel dalam operasi yang mereka beri nama True Promise III.IDF menyebut sekitar 100 rudal diluncurkan ke arah Israel dan sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome. Hingga hari ini, eskalasi masih terjadi.Pada Kamis (19/6), sebuah rudal Iran disebut menghantam langsung Rumah Sakit Soroka di Beersheba, Israel selatan, dan melukai sedikitnya 32 orang menurut layanan darurat Israel, Magen David Adom.Iran menyatakan target mereka adalah pusat komando dan kamp intelijen IDF yang berada di dekat bangunan tersebut, menurut media pemerintah. Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Israel Sharren Haskel menuduh Iran sengaja menargetkan rumah sakit.Di hari yang sama, Israel menyatakan melakukan serangan terhadap reaktor nuklir di Arak, Iran barat laut, yang disebutnya sedang tidak aktif.Menurut IDF, reaktor itu dirancang untuk memproduksi plutonium dalam jumlah tinggi—bahan yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. Mereka menambahkan bahwa serangan itu bertujuan untuk mencegah reaktor tersebut diaktifkan kembali.Israel membenarkan serangan-serangannya dengan alasan bahwa Iran hampir mencapai titik tanpa jalan kembali dalam pengembangan program nuklirnya.Dalam gelombang serangan pertamanya, Israel menewaskan beberapa elite militer Iran, termasuk Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami dan sejumlah ilmuwan nuklir, termasuk Fereydoon Abbasi, mantan kepala Organisasi Energi Atom Iran.Iran menyebut warga sipil, termasuk anak-anak, turut menjadi korban tewas.Militer Israel pada Selasa (17/6) menyatakan telah menguasai sepenuhnya langit Teheran dan menghancurkan sepertiga peluncur rudal milik Iran.Netanyahu mengatakan pada Jumat bahwa serangan-serangan tersebut merupakan operasi militer yang ditargetkan untuk menghentikan ancaman dari program nuklir Iran terhadap kelangsungan hidup Israel.Dia menegaskan bahwa operasi itu akan terus dilakukan selama masih ada ancaman yang menyebar.Seorang pejabat militer Israel mengatakan kepada BBC bahwa Iran telah memiliki cukup bahan nuklir untuk membuat bom nuklir dalam hitungan hari. Sementara itu, Iran bersikeras bahwa mereka tidak pernah berniat mengembangkan senjata nuklir dan bahwa seluruh aktivitas nuklirnya bertujuan damai.Operasi Rising Lion sendiri dimulai di tengah negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran mengenai program nuklir—yang dimulai pada April. Donald Trump sempat berharap bisa mencapai kesepakatan agar Iran menghentikan pengayaan uraniumnya. Namun, Iran enggan melanjutkan negosiasi pasca serangan Israel.Tahun lalu, Iran dan Israel juga sempat saling melancarkan serangan udara pada April dan Oktober—meskipun serangan Israel saat itu tidak seluas dan seintens operasi yang tengah berlangsung saat ini.Iran sejak lama menyatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai dan sipil.Dewan gubernur badan pengawas nuklir dunia pada awal Juni secara resmi menyatakan bahwa Iran telah melanggar kewajiban non-proliferasinya untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir.Dari 35 negara anggota dewan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), 19 negara memberikan suara mendukung mosi itu, termasuk AS, Inggris, Prancis, dan Jerman.Mosi itu menyatakan bahwa “banyak kegagalan” yang dilakukan Iran dalam memberikan jawaban secara lengkap kepada IAEA terkait bahan nuklir dan aktivitas yang tidak diumumkan merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap kewajiban non-proliferasi. Mosi itu menyuarakan pula kekhawatiran atas persediaan uranium yang telah diperkaya oleh Iran, yang meskipun bisa digunakan sebagai bahan bakar reaktor, juga dapat dimanfaatkan untuk membuat senjata nuklir.Adapun Iran mengecamnya sebagai keputusan yang bermuatan politis.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *