Jakarta – Pertemuan pertama antara B.J. Habibie dan Soeharto terjadi jauh sebelum keduanya menjadi tokoh penting bangsa. Dalam usia 13 tahun, Habibie kecil di Ujungpandang, Sulawesi Selatan, sudah memperhatikan sosok muda bernama Soeharto, pemimpin Brigade Garuda Mataram, yang menjadi Presiden RI dan menjadi tokoh sentral dalam perjalanan karier Habibie.Dalam sebuah tulisan yang dibuat BJ Habibie berjudul “Mengenal Pak Harto dari dekat selama 41 tahun” dalam rangka memperingati 70 tahun usia Pak Harto, BJ Habibie mengaku bahwa ia pertama kali melihat Pak Harto di tahun 1950, ketika ia sendiri baru berumur 13 tahun di Ujungpandang, yang kini bernama Makassar.”Pak Harto sering dilihatnya bersama beberapa bawahannya dalam Brigade Garuda Mataram. Salah seorang anak buah Pak Harto ketika itu adalah Letnan Satu Subono Mantofani yang kemudian menjadi ipar BJ Habibie karena menikah dengan Titi Sri Sulaksmi, salah seorang kakak BJ Habibie,” tulis A Makmur Makka, dalam bukunya Mr. Crack dari Parepare: Kisah Inspiratif B.J. Habibie, dikutip Selasa (20/5/2025).Usia Pak Harto ketika itu diperkirakan sekitar 28-29 tahun. Kepada pemuda pimpinan Brigade Mataram itu, yang bermarkas hanya berseberangan jalan dengan rumah keluarganya, BJ Habibie selalu memandang kagum, baik dalam sikap pemuda Soeharto sebagai pemimpin pasukan maupun pembawaannya sehari-hari.Bayangkan, di tahun-tahun awal kemerdekaan, bangsa Indonesia mana yang tidak menyimpan rasa kebangkitan dan kekaguman jika tentara-tentara Indonesia dengan perkasa menyandang senjata atau berjalan di tengah-tengah kota. Pertemuan selanjutnya terjadi ketika BJ Habibie sudah menjadi insinyur muda di Jerman Barat dan menyelenggarakan Seminar Pembangunan untuk mahasiswa dan pelajar Indonesia se-Eropa di Hamburg-Barsbüttel, Juli 1959. Kala itu Pak Harto sudah berpangkat mayor jenderal, dan dengan idealisme seorang insinyur muda BJ Habibie tampil berdialog dengan Mayor Jenderal Soeharto menyampaikan bagaimana peran seorang insinyur di dalam proses pembangunan melalui karya kerja nyata.Pemberontakan G-30-S/PKI meletus di Tanah Air dan BJ Habibie ikut mendengar bahwa orang yang berhasil mengatasinya adalah Mayor Jenderal Soeharto. Karena itu, ketika ia melaporkan melalui iparnya bahwa dirinya sudah siap pulang ke Tanah Air.Ternyata Pak Harto memberikan pesan kembali agar terus melanjutkan tugas sebagaimana biasa di dalam industri Jerman dan akan dipanggil bila sudah waktunya. Bahkan menurut Pak Harto, hendaknya BJ Habibie dan rekan-rekan mempersiapkan serta memperkuat diri saja lebih dulu.Atas instruksi itulah muncul prakarsa BJ Habibie untuk menghimpun beberapa kawan yang sama idealisme, cita-cita, dan dedikasinya untuk kembali ke Tanah Air bila tiba masanya diperlukan.“Pesan Presiden itu telah lama ditunggu-tunggu. Saya sudah lama siap untuk memberi sumbangan, walaupun sedikit, kepada pembangunan bangsa. Dari 1970 hingga 1974 saya melanjutkan pekerjaan di Messerschmitt Bolkow Blohm sambil menunggu panggilan pulang,” kata Habibie dalam buku itu.”Pada Agustus tahun 1973, saya mendapat telepon dari ipar saya, Subono Mantofani, agar siap-siap pulang dan karena itu jangan membuat kontrak-kontrak kerja baru. Dan, di Desember 1973, Pak Ibnu Sutowo (pada waktu itu Direktur Utama Pertamina) memanggil saya dari Hamburg untuk bertemu beliau di Hotel Hilton Dusseldorf untuk menyampaikan panggilan pulang Pak Harto,” tambah Habibie. Pada Senin 28 Januari 1974, jam 19.30 di kediaman Presiden di Jalan Cendana itu, Presiden Soeharto memberi petunjuk-petunjuk yang jelas dalam tugas BJ Habibie membantu beliau dalam mengembangkan teknologi untuk pembangunan ekonomi, khususnya dan pembangunan bangsa umumnya.Pertemuan itu merupakan awal tahap baru dalam kehidupannya, yaitu suatu keterlibatan langsung dalam pembangunan bangsa, suatu gerakan besar yang penuh dengan aneka ragam hambatan, tantangan, dan keberhasilan.Sebagai presiden, baik sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, maupun memimpin beberapa lembaga penelitian dan industri strategis yang jumlahnya semua itu kurang lebih 40 jabatan, sejak tahun 1978, umumnya jabatan dan tugas kenegaraan. Oleh karena itu, BJ Habibie berkeyakinan bahwa semua tugas yang diberikan padanya sudah dilaksanakannya dengan baik.
Awal Jumpa Habibie dengan Pak Harto

Tag:Breaking News