Home / Energi Baru / AS Dikabarkan Tolak Rekomendasi ICAO Soal Bahan Bakar Hijau Penerbangan

AS Dikabarkan Tolak Rekomendasi ICAO Soal Bahan Bakar Hijau Penerbangan

Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menolak rekomendasi dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (ICAO) mengenai bahan bakar hijau penerbangan. AS menilai kebijakan pengembangan bahan bakar jet hijau (sustainable aviation fuel/SAF) tersebut tidak adil karena menguntungkan petani jagung Brasil dengan merugikan produsen AS.Salah satu sumber Reuters mengatakan diskusi tersebut bisa diselesaikan dengan kompromi. Namun, produsen etanol jagung Brasil telah memperingatkan ketidaksepakatan ini dapat merusak kepercayaan global terhadap sertifikasi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.Operator penerbangan global yang menargetkan emisi nol bersih pada 2050 didesak untuk mengganti avtur dengan alternatif yang lebih bersih namun mahal. Bahan bakar penerbangan hijau ini biasanya terbuat dari bahan seperti limbah kota atau minyak goreng. ICAO memperkirakan biaya jangka panjang transisi hijau sektor penerbangan mencapai US$ 4,7 triliun. Bahan bakar penerbangan berkelanjutan global saat ini hanya menyumbang kurang dari 1% dari total penggunaan bahan bakar jet industri. Namun, produk yang dapat menghasilkan bahan bakar dengan emisi lebih rendah diperkirakan akan menemukan pasar yang berkembang karena kuota yang diterapkan di bandara-bandara Eropa, insentif pajak, dan target global.Dengan produksi jagung AS yang melebihi permintaan domestik, petani dan produsen etanol di Midwest mengatakan mereka berupaya mengurangi emisi yang terlibat dalam produksi dan pemasaran etanol jagung untuk pasar baru, seperti bahan bakar jet hijau. Beberapa produsen etanol AS telah mengusulkan penggunaan teknologi penangkap karbon.Asosiasi Petani Jagung Iowa, yang mendukung proyek penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mengurangi emisi, menyatakan Brasil sudah memiliki skor karbon yang lebih rendah untuk etanol jagung dibandingkan dengan AS. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi negara Amerika Selatan tersebut dalam memenuhi permintaan dari maskapai penerbangan.Departemen Luar Negeri AS mengajukan keberatan pada Maret 2025 terkait rekomendasi dari panel teknis ICAO, yang telah mengusulkan kriteria untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan. AS berargumen bahwa rekomendasi tersebut secara tidak adil menguntungkan Brasil dibandingkan negara lain di dunia.Rekomendasi itu memberikan skor karbon lebih rendah untuk praktik multitanam, atau pertanian di mana dua atau lebih tanaman seperti jagung dan kedelai ditanam di lahan yang sama, suatu praktik yang umum di negara Amerika Selatan tersebut.Rekomendasi tersebut akan diajukan ke dewan ICAO yang beranggotakan 36 orang untuk ditinjau sebelum sidang majelis triwulanan agen global tersebut pada musim gugur ini. ICAO tidak dapat memaksakan aturan kepada negara anggota, tetapi negara-negara yang menyetujui standar dan pedoman agen ini biasanya mematuhinya.Departemen Luar Negeri AS menolak untuk berkomentar mengenai kabar ini. Kementerian Pertanian Brasil mengakui telah menerima pertanyaan dari Reuters, namun tidak memberikan tanggapan lebih lanjut. ICAO yang berbasis di Montreal tidak segera memberikan komentar.Produksi etanol jagung tahunan Brasil diperkirakan melonjak hampir dua kali lipat menjadi sekitar 16 miliar liter pada tahun 2032. Asosiasi produsen etanol (UNEM) menyatakan rekomendasi dari Komite Perlindungan Lingkungan Penerbangan ICAO (CAEP) seharusnya bebas dari politik.”Setiap upaya campur tangan politik tidak hanya akan merusak proses pengambilan keputusan, tetapi juga kepercayaan komunitas internasional terhadap sistem sertifikasi bahan bakar penerbangan berkelanjutan,” kata Bruno Alves, Direktur Hubungan Institusional dan Keberlanjutan di UNEM.”UNEM percaya sangat penting agar proses teknis dan transparan ini dihormati dan dipertahankan. Upaya untuk mendeligitimasi atau mempolitisasi hasil akan (menimbulkan konsekuensi) sangat serius.”

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *