JAKARTA, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan alasan pemerintah memberikan lima paket stimulus ekonomi untuk masyarakat dengan nilai total Rp 24,4 triliun.
Menurut dia, saat ini kondisi dunia masih sangat dinamis dengan berbagai kebijakan tarif maupun kondisi geopolitik yang mempengaruhi ekonomi global.
Situasi itu menyebabkan kondisi ekonomi dunia di tahun 2025 diperkirakan akan melemah.
“Yang tadinya proyeksi ekonomi tahun 2025 untuk pertumbuhan ekonomi dunia adalah 3,3 persen, maka dengan adanya risiko dan eskalasi geopolitik, melemah menjadi hanya 2,8 persen,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, yang disiarkan secara daring, Senin (2/6/2025).
Baca juga: Diskon Tarif Listrik Juni-Juli 2025 Batal! Menkeu Jelaskan Alasannya
“Situasi ini tentu akan memberikan pengaruh kepada perekonomian nasional. Baik itu dari sisi harga komoditas, harga dan ekspor, serta dari sisi volatilitas di sektor keuangan, yaitu nilai tukar maupun juga suku bunga,” ungkapnya.
Untuk merespons kemungkinan peningkatan risiko dan perlemahan ekonomi nasional akibat dampak global, Presiden Prabowo Subianto pada Senin telah memutuskan untuk memberikan lima paket stimulus.
Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi dapat dijaga momentumnya dan juga stabilitas perekonomian terus bisa diperkuat.
“Hari ini telah diputuskan lima hal yang menjadi paket kebijakan ekonomi, dengan target-target dari mereka yang akan mendapatkan manfaat dari paket stimulus tersebut,” katanya.
Sri Mulyani melanjutkan, lima paket stimulus ekonomi yang akan diberikan kepada masyarakat pada Juni-Juli 2025 menelan anggaran total Rp 24,44 triliun.
Pemerintah berharap paket stimulus yang diberikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 bisa mendekati 5 persen.
“Total keseluruhan paket ini nilainya Rp 24,44 triliun rupiah. (Terdiri dari) yaitu Rp 23,59 triliun dari APBN dan Rp 0,85 triliun dari non-APBN atau dunia usaha,” ujar bendahara negara itu.
Selain lima paket stimulus, pemerintah juga melanjutkan berbagai program yang sudah berjalan.
Misalnya, makan bergizi gratis (MBG), perumahan rakyat, Koperasi Merah Putih, sekolah rakyat, serta rekonstruksi atau perbaikan sekolah-sekolah.
Dua hal yang berjalan bersamaan, menurut Sri Mulyani, bisa memacu pertumbuhan ekonomi.
“Kita harapkan pada kuartal kedua, maka pertumbuhan ekonomi tetap bisa dijaga mendekati 5 persen dari yang tadinya diperkirakan akan melemah akibat kondisi global,” ungkapnya.