Home / NEWS / Ancaman PHK Massal di Depan Mata, Sektor Perhotelan Jakarta dalam Krisis

Ancaman PHK Massal di Depan Mata, Sektor Perhotelan Jakarta dalam Krisis

JAKARTA,  Industri perhotelan dan restoran di Jakarta menghadapi tekanan berat yang berpotensi memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Sebanyak 70% pelaku usaha hotel menyatakan kemungkinan akan memangkas jumlah karyawan dalam waktu dekat, apabila tidak ada langkah konkret dari pemerintah untuk menyelamatkan sektor ini.

Survei yang dilakukan Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) pada April 2025 mencatat, mayoritas pelaku usaha memprediksi akan mengurangi tenaga kerja hingga 10–30%.

Bahkan, 90% responden telah melakukan pengurangan terhadap pekerja harian (daily worker), sementara 36,7% lainnya memangkas staf tetap.

Baca juga: Larangan Wisuda dan Efisiensi Anggaran Bikin Omzet Hotel di Bekasi Turun 40 Persen

Ketua BPD PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono mengungkapkan, bahwa industri ini tengah menghadapi tekanan berat dari berbagai sisi.

Tingkat hunian hotel mengalami penurunan, sedangkan biaya operasional meningkat tajam dan membebani kelangsungan usaha.

Berdasarkan survei yang sama, 96,7% hotel di Jakarta mengalami penurunan tingkat hunian pada triwulan pertama 2025.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan pengetatan anggaran pemerintah, yang mana segmen pasar pemerintahan selama ini menjadi penyumbang utama okupansi.

Segmen pasar pemerintahan kini menyusut drastis. Tercatat, 66,7% pelaku usaha menyebut penurunan terbesar berasal dari segmen ini.

Baca juga: Hotel di Depok Klaim Rugi Rp 1 M akibat Efisiensi Anggaran Pemerintah

Sementara itu, kontribusi wisatawan mancanegara terhadap kunjungan ke Jakarta masih sangat minim.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, dari 2019 hingga 2023, rata-rata kunjungan wisman hanya mencapai 1,98% per tahun dibandingkan wisatawan domestik.

Ketimpangan ini mencerminkan belum efektifnya strategi promosi pariwisata untuk menjangkau pasar internasional.

“Ketidakseimbangan struktur pasar menunjukkan perlunya pembenahan strategi promosi dan kebijakan pariwisata yang lebih efektif untuk menjangkau pasar internasional,” ujar Sutrisno Iwantono

Baca juga: Akui Tunggak Gaji dan THR, Hotel Bumi Wiyata Depok: Pendapatan Anjlok sejak Januari

Tak hanya pendapatan yang menurun, biaya operasional juga melonjak tajam.

BPD PHRI DKI Jakarta mencatat, kenaikan tarif air PDAM hingga 71%, harga gas naik 20%, dan peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 9% makin membebani para pelaku industri.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *