Home / Saham / Analisis Pasar Saham Pekan Ini 16-20 Juni 2025

Analisis Pasar Saham Pekan Ini 16-20 Juni 2025

Jakarta – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam pekan ini tepatnya pada 16-20 Juni 2025. Hal itu terjadi di tengah tekanan aksi jual oleh investor asing yang signifikan di pasar saham.Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (21/6/2025), IHSG turun tajam 3,61% ke posisi 6.907,13 dari pekan lalu di posisi 7.166,06.Seluruh sektor saham memerah selama sepekan. Pada pekan ini, sektor saham basic materials dan consumer nonsiklikal catat koreksi terbesar. Sektor saham basic materials dan consumer nonsiklikal masing-masing merosot 5,69% dan 3,72%.Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 2,72%, sektor saham basic materials susut 5,69%, sektor saham industri merosot 3,06%, sektor saham consumer siklikal turun 3,1%.Lalu sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 2,11%, sektor saham keuangan melemah 3,42%, sektor saham properti dan real estate turun 1,56%, sektor saham teknologi susut 2,52%. Kemudian sektor saham infrastruktur terperosok 1,67% dan sektor saham transportasi dan logistic melemah 1,22%.Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penyebab IHSG turun 3,61% yang juga diikuti tekanan jual selama sepekan.IHSG yang merosot itu dipicu sejumlah faktor. Pertama, memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Kedua, kenaikan harga komoditas minyak mentah. Ketiga, langkah bank sentral yang menahan suku bunga acuan mulai dari Bank Indonesia, the Federal Reserve (the Fed), hingga Bank Sentral China.”Keempat, the Fed yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,4%,” ujar dia saat dihubungi . Selama sepekan investor asing juga melakukan aksi jual saham yang signifikan sehingga tekan IHSG. Investor asing melepas saham Rp 4,5 triliun.Pada pekan lalu, investor asing masih beli saham Rp 1,30 triliun.Adapun dari transaksi perdagangan, rata-rata nilai transaksi harian juga lesu selama sepekan. Rata-rata nilai transaksi harian melemah 7,63% menjadi Rp 15,01 triliun dari pekan lalu Rp 16,24 triliun.Selanjutnya, rata-rata frekuensi transaksi harian merosot 8,15% menjadi 1,31 juta kali transaksi dari 1,42 juta kali transaksi pada pekan lalu. Di sisi lain rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini terpangkas 13% menjadi 24,41 miliar saham dari 28,05 miliar saham pada pekan sebelumnya.Adapun kinerja terbaik minggu ini adalah harga Crude Palm Oil  (CPO) yang  naik 5,9% dan harga minyak mentah  menguat 3,95%.Hal ini karena ancaman terhadap rantai pasokan dari konflik Timur Tengah terus memberikan tekanan inflasi, di sisi lain terjadi koreksi pada Indeks LQ45 susut 4,6% dan Indeks IDX30 melemah 4,51%.”Minggu ini, data di AS menunjuk pada data penjualan ritel yang menunjukkan penurunan terbesar dalam empat bulan. Data ini lebih buruk dari konsensus dan merupakan kontraksi bulan kedua berturut-turut sejak penurunan 0,1% bulan lalu,” demikian seperti dikutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia.Sementara itu, The Fed mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan secara luas, karena ketidakpastian yang signifikan tetap ada dalam ekonomi AS sehubungan dengan kebijakan dan lingkungan geopolitik yang tegang.Jerman melihat lonjakan dalam indikator sentimen ekonominya, mencapai level tertinggi sejak puncaknya baru-baru ini pada Maret dan jauh lebih baik dari konsensus, di mana optimisme terutama didorong oleh program fiskal yang lebih kuat dari pemerintah baru Jerman. Bank of England mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan secara luas, dengan pertimbangan utama pada dampak inflasi karena kebijakan tarif dari AS serta konflik di Timur Tengah.Bank Sentral Jepang juga mempertahankan suku bunga pada level tertinggi sejak 2008 seperti yang diharapkan oleh pasar, menyoroti sikap hati-hati bank pada latar belakang ketidakpastian tarif dan konflik geopolitik saat ini.Data inflasi utama tahunan Jepang terus mendingin, tetapi inflasi inti meningkat lebih dari yang diharapkan; mendukung ekspektasi investor agar BoJ lebih memperketat kebijakan moneter. Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan, sementara angka pertumbuhan pinjaman melambat ke laju paling lambat sejak Juni 2023.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *