Home / Fintech / Amartha Kenalkan Potensi UMKM di Indonesia ke Investor Global 

Amartha Kenalkan Potensi UMKM di Indonesia ke Investor Global 

Perusahaan teknologi keuangan alias fintech, Amartha, mengundang investor global untuk menilik potensi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), di Indonesia lewat The 2025 Asia Grassroots Forum.Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, menjelaskan ajang ini merupakan pionir yang memberi perspektif baru bagi investor global untuk percaya akan potensi besar yang ada di UMKM, terutama pada segmen akar rumput.“Segmen masif ini terbukti memiliki resiliensi yang baik dengan adanya dukungan teknologi keuangan inklusif, serta ekosistem yang mendukung tumbuhnya kewirausahaan,” kata Andi dalam gelaran acara The 2025 Asia Grassroots Forum, di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5).Lebih lanjut, ia menjelaskan potensi UMKM di Indonesia mencakup 97% dari sektor swasta di Asia Tenggara. Hal ini berdasarkan laporan ASEAN Investment Report 2023, serta menyerap hingga 85% tenaga kerja, menyumbang 45% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan, dan berkontribusi 10–30% terhadap ekspor.Laporan Infocus: Impact Investing in Asia 2024 juga mencatat minat terhadap Asia Tenggara juga terus meningkat dengan 49 persen investor global berencana meningkatkan alokasinya di kawasan ini pada tahun 2025.Atas potensi ini, ia mengharapkan dukungan investor global untuk bisa mendukung kinerja usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang masih menghadapi tantangan baik di tanah air maupun di level regional ASEAN.Standard Chartered Bank (SCB) juga melihat sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya di level akar rumput, sebagai bagian penting dari strategi bisnis global mereka, termasuk di Indonesia.“Footprint kami memang global, dari Afrika, Asia Selatan, hingga Asia Tenggara termasuk Laos, Kamboja, dan Myanmar. Dengan jangkauan seperti ini, sektor akar rumput menjadi bagian dari strategi bisnis kami,” kata Cluster CEO Indonesia Standard Chartered Bank, Rino “Donny”, dalam acara yang sama.Salah satu tujuan strategis bank adalah lifting participation, yaitu meningkatkan partisipasi kelompok ekonomi kecil ke dalam sistem keuangan formal. Donny menyebut bahwa pemberdayaan pelaku usaha mikro tak cukup dengan akses modal saja, tetapi juga perlu didukung dengan pelatihan, pengembangan kewirausahaan, dan pendampingan agar mereka bisa naik kelas.Khusus di Indonesia, ia menyoroti tantangan besar yang dihadapi bank-bank global dalam menjangkau segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama ini, sistem perbankan nasional cenderung menekankan pertumbuhan kredit atau loan growth sebagai indikator kinerja utama.Namun, tidak semua bank memiliki kemampuan atau strategi untuk menjangkau segmen UMKM, terutama yang mikro. “Jadi kami harus ikut membantu dengan bukan hanya lewat pendanaan, tetapi juga dengan pengembangan kewirausahaan, pelatihan dan lain-lain sehingga mereka nanti akan naik kelas,” kata Donny.Hal ini dicontohkan, misalnya, melalui forum internasional yang mempertemukan para pelaku UMKM dengan investor lokal hingga global.The 2025 Asia Grassroots Forum yang berlangsung pada 21 – 23 Mei 2025 di Nusa Dua, Bali, menghadirkan lebih dari 700 peserta dari 15 negara yang mencakup investor, instansi pemerintah dan regulator, sektor swasta, akademisi, hingga komunitas wirausaha ultra-mikro.Forum internasional ini menjadi wadah bagi investor global termasuk sovereign wealth fund untuk berinvestasi dan berkolaborasi guna mendukung dan meningkatkan ekonomi akar rumput.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *