Jakarta – Kuliner vegan makin sering didapati, entah sebagai keseluruhan sajian restoran maupun opsi dari sekian banyak hidangan di buku menu. Tren ini terutama berpendar dari kota-kota besar di seluruh dunia. Mengapa demikian?Melansir Frontiers, Rabu (21/5/2025), meningkatnya popularitas makanan vegan di kota-kota besar terpengaruh beberapa faktor, termasuk pertimbangan etika, kesadaran kesehatan, masalah lingkungan, dan semakin tersedianya pilihan makanan vegan.Alasan pergerakan ini terlihat dari wilayah urban, yakni karena kota-kota besar cenderung memiliki konsentrasi tinggi akan orang yang lebih sadar terhadap isu-isu tersebut. Maka itu, mereka lebih bersedia mengadopsi gaya hidup alternatif.Kota-kota besar juga sering kali memiliki lebih banyak restoran vegan, toko kelontong, dan bisnis makanan lain yang melayani kebutuhan vegan, sehingga memudahkan orang mengadopsi pola makan tersebut. Banyak orang memilih jadi vegan berdasarkan keyakinan etis tentang kesejahteraan hewan, khususnya eksploitasi hewan di industri makanan.Pola makan ini juga jadi alternatif kesehatan bagi sebagian orang. Mengonsumsi kuliner vegan sering dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, termasuk manajemen berat badan, pengurangan risiko penyakit kronis, dan peningkatan kesehatan tubuh secara keseluruhan.Tren ini didukung penelitian oleh AIA Group pada 2022 yang menunjukkan bahwa banyak orang beralih ke veganisme karena alasan kesehatan. Tidak hanya itu saja, veganisme pun dipandang sebagai cara makan yang lebih berkelanjutan, karena mengurangi dampak lingkungan terkait produksi daging dan susu, seperti emisi gas rumah kaca dan penggunaan lahan.Sebuah studi oleh The Vegan Society menyoroti bahwa pola makan vegan hanya membutuhkan sepertiga dari lahan yang dibutuhkan untuk mendukung pola makan daging dan susu. Hal ini menjadikan veganisme sebagai pilihan yang menarik bagi mereka yang peduli terhadap keamanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.Namun, perlu dipahami bahwa pola makan vegan punya potensi dampak negatif. Melansir USA Today, pola makan vegan memerlukan perencanaan yang cermat untuk menghindari kerugian yang muncul akibat penghentian total terlalu banyak kelompok makanan.”Veganisme adalah bentuk diet eliminasi dan dalam diet eliminasi apapun, ada risiko kekurangan nutrisi,” kata Jen Messer, konsultan nutrisi dan ahli diet terdaftar di Jen Messer Nutrition. Misalnya, pola makan vegan bisa jadi rendah protein, vitamin B12, zat besi, kalsium, asam lemak omega-3, vitamin D, dan seng, kata Lisa Young, seorang ahli gizi.Hal ini biasanya mengharuskan vegan mengonsumsi makanan yang difortifikasi atau mengonsumsi berbagai suplemen, terutama untuk nutrisi, seperti vitamin B12, yang hanya ditemukan dalam produk hewani. Selain kesenjangan nutrisi, biaya hidup juga harus jadi pertimbangan, karena “banyak produk vegan khusus seperti pengganti daging yang harganya mahal,” kata MesserMesser berkata, “Mengadopsi gaya hidup vegan mungkin lebih memakan waktu. Terlebih, makan di luar atau menghadiri acara bisa jadi lebih sulit untuk menemukan pilihan makanan yang sesuai, tapi sedikit perencanaan dapat meringankan tantangan ini.”Secara umum, kaum vegan memilih hanya mengonsumsi makanan nabati. Mereka tidak hanya menghindari makan daging hewan, seperti yang dilakukan kaum vegetarian, tapi juga menghindari makanan apapun yang berasal dari hewan, termasuk produk susu dan telur. Bahkan, madu biasanya dihindari, karena diproduksi oleh lebah.Secara keseluruhan, “para vegan mengonsumsi banyak buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan, dan biji-bijian,” kata Young. Kaum vegan juga umumnya mengonsumsi “tahu, tempe, dan protein nabati bertekstur; memilih susu vegan, seperti susu almond, kedelai, atau gandum; serta menggunakan minyak nabati, herba, rempah, dan pemanis, seperti sirup maple dan agave,” imbuh Messer.
Alasan Popularitas Kuliner Vegan Meningkat di Kota-Kota Besar

Tag:Breaking News