Jakarta – Di antara deretan kekayaan kuliner tradisional Nusantara, Provinsi Lampung memiliki satu kudapan khas yang tak hanya menggoda lidah, tetapi juga menyimpan jejak budaya yang begitu kuat yakni sekubal.Diketahiui, sekubal terbuat dari bahan dasar ketan yang dipadukan dengan santan kental. Sekubal adalah sajian yang tidak hanya dinikmati sebagai camilan, tetapi juga kerap hadir dalam berbagai upacara adat, lebaran, dan momen kebersamaan keluarga.Sekilas tampilannya mungkin mengingatkan pada lemper atau lontong, karena dibungkus menggunakan daun pisang dan dikukus hingga matang. Namun, di balik kesederhanaan tampilannya, Kuliner LampungĀ ini menyimpan filosofi serta rasa yang dalam dan khas, menjadi simbol keakraban, kekeluargaan, serta penghargaan terhadap tradisi turun-temurun yang tak pernah lekang oleh zaman.Proses pembuatan Sekubal dimulai dengan memilih beras ketan berkualitas yang direndam semalaman, lalu dikukus hingga setengah matang. Setelah itu, ketan akan dimasak kembali bersama santan kelapa yang telah diberi sedikit garam untuk menciptakan perpaduan rasa gurih yang halus namun kuat.Santan yang digunakan biasanya diambil dari kelapa segar agar aroma dan rasa yang dihasilkan lebih nikmat. Setelah meresap sempurna, adonan ketan-santan tersebut dibungkus rapi menggunakan daun pisang dan dikukus kembali dalam waktu yang cukup lama.Inilah salah satu keunikan Sekubal: waktu pengukusannya bisa mencapai lima hingga enam jam, bahkan ada yang membiarkannya dikukus semalaman untuk memastikan tekstur yang padat namun tetap lembut di dalam, serta aroma daun pisang yang menyatu sempurna dengan ketan dan santan.Tak jarang, proses ini menjadi ajang berkumpulnya para anggota keluarga, di mana sambil menunggu kukusan matang, mereka saling bercengkerama, mempererat tali silaturahmi.Sekubal tidak hanya memiliki rasa yang menggoda dengan tekstur kenyal dan rasa gurih dari santan yang menyerap hingga ke dalam, tetapi juga menyimpan simbol filosofi masyarakat Lampung tentang ketekunan dan kesabaran.Setiap lapis dalam proses pembuatannya menggambarkan nilai kerja keras, keterikatan keluarga, dan penghormatan terhadap leluhur. Di masa lalu, Sekubal kerap dijadikan sebagai bekal perjalanan jauh atau hantaran pernikahan, karena daya tahannya yang cukup lama.Dalam tradisi Lebaran, Sekubal menjadi suguhan istimewa yang dihidangkan bersama serundeng kelapa, rendang, atau gulai, menciptakan kombinasi rasa yang tak terlupakan. Bahkan, hingga kini, banyak keluarga di Lampung yang tetap mempertahankan tradisi membuat Sekubal sendiri, sebagai wujud pelestarian budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.Sayangnya, seiring dengan bergesernya pola hidup modern dan semakin jarangnya masyarakat yang membuat makanan tradisional secara manual, eksistensi Sekubal mulai mengalami tantangan. Banyak generasi muda yang mengenal makanan cepat saji lebih dalam daripada kudapan-kudapan adat seperti Sekubal.Namun demikian, beberapa komunitas pecinta kuliner tradisional di Lampung kini mulai bergerak, mengadakan festival makanan, pelatihan membuat Sekubal, hingga menjadikannya sebagai oleh-oleh khas daerah yang dijual secara daring.Upaya-upaya semacam ini menjadi harapan baru untuk menjaga Sekubal tetap hidup dan dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat Lampung, tetapi juga oleh seluruh penjuru Indonesia, bahkan dunia. Sebab, Sekubal bukan sekadar makanan, melainkan cerminan jati diri dan kebanggaan dari tanah Sai Bumi Ruwa Jurai.Penulis: Belvana Fasya Saad
Sekubal, Warisan Rasa Lampung Melekat Erat dalam Setiap Lapisan Ketan dan Santan

Tag:Breaking News