Home / REGIONAL / Kisah Haru Perpisahan Satu-satunya Siswa Kelas 6 di Pelosok Katingan: Toga Kardus, Tanpa Alas Kaki, dan Tekad Menuntut Ilmu

Kisah Haru Perpisahan Satu-satunya Siswa Kelas 6 di Pelosok Katingan: Toga Kardus, Tanpa Alas Kaki, dan Tekad Menuntut Ilmu

KASONGAN,  Hanya mengenakan toga berbahan kardus yang tersampir di bahu dengan tali sederhana, tanpa alas kaki, dan tubuh kurus dibalut seragam merah putih yang lusuh, perpisahan Resky Fahriadit dirayakan dengan penuh khidmat.

Resky jadi satu-satunya siswa kelas 6 di Sekolah Dasar (SD) Negeri Rangan Bahekang, Kecamatan Bukit Raya, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.

Potret ini terekam dalam sebuah video berdurasi 1 menit 21 detik yang viral di media sosial Facebook.

Video itu diunggah oleh akun Fery Irawan, seorang guru di sekolah tersebut, dan mendapatkan ratusan like serta reaksi emosional dari warganet.

Baca juga: Hasil Forensik DNA Pelaku di Jasad Jurnalis Juwita, Korban Pembunuhan Oknum TNI AL

Namun, di balik video yang viral itu, tersimpan kisah pilu yang mencerminkan realitas pendidikan di pelosok Indonesia tentang keterbatasan, ketekunan, dan harapan.

Video tersebut direkam pada Senin (19/5/2025).

Dalam keterangannya, Fery menjelaskan bahwa momen itu adalah sesi perpisahan kelulusan bagi satu-satunya siswa kelas 6, Resky Fahriadit.

Dengan penuh haru, Resky tetap semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP yang jaraknya sekitar 30 menit perjalanan dari desanya.

“Meskipun siswa kelas 6-nya hanya 1 orang, namun tidak melunturkan semangat kami sebagai guru untuk mendidiknya, dan juga lokasi sekolah ini di daerah pedalaman Katingan. Tidak ada akses darat menuju desa ini, hanya melalui akses sungai yang ada bebatuan terjalnya,” tulis Fery dalam unggahan videonya.

Fery, yang dihubungi oleh , mengungkapkan bahwa tantangan pendidikan di desa tempatnya bertugas sangat kompleks.

Ia mengaku hanya bisa menarik napas panjang saat ditanya mengenai kondisi tersebut.

“Desa ini hanya dihuni oleh 30 KK, sangat terpencil. Kebetulan di kelas 6 SD kami hanya satu orang, total keseluruhan siswa dari kelas I-VI hanya 13 orang,” ucap Fery, Selasa (20/5/2025).

Dengan jumlah murid yang sedikit, sekolah ini hanya memiliki dua guru utama: Fery sebagai guru kelas dan kepala sekolah. Keduanya mengajar seluruh mata pelajaran, dibantu dua orang honorer yang merangkap sebagai penjaga sekolah dan staf tata usaha.

Tak hanya soal tenaga pendidik, akses ke desa tersebut juga sangat sulit. Perjalanan dari Palangka Raya ke desa ini memakan waktu lebih dari 12 jam melalui jalur darat dan sungai.

“Kalau kami berangkat jam 7 pagi, sampai di desa ini bisa malam, jam 9 malam aku biasanya kalau jalan dari Palangka Raya,” ujar Fery.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *