Home / Saham / IHSG Anjlok 3,6% pada 16-20 Juni 2025, Asing Lepas Saham Rp 4,5 Triliun

IHSG Anjlok 3,6% pada 16-20 Juni 2025, Asing Lepas Saham Rp 4,5 Triliun

Jakarta – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 16-20 Juni 2025. Tekanan IHSG didorong sejumlah sentimen global termasuk bank sentral menahan suku bunga acuan.Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (21/6/2025), pekan ini, IHSG meninggalkan posisi 7.000. IHSG merosot 3,61% ke posisi 6.907,13. Pekan lalu, IHSG naik 0,74% ke posisi 7.166,06. Kapitalisasi pasar merosot 3,17% menjadi Rp 12.099 triliun dari pekan lalu Rp 12.495 triliun.Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG anjlok 3,61% disertai tekanan jual. Koreksi IHSG itu didorong sejumlah faktor. Pertama, memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Kedua, kenaikan harga komoditas minyak mentah.”Ketiga, bank sentral yakni Bank Indonesia, The Fed, dan Bank Sentral China masih menahan suku bunga acuannya,” kata dia saat dihubungi .Keempat, menurut Herditya, the Federal Reserve (the Fed) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 1,4% juga mempengaruhi IHSG.Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian juga terperosok selama sepekan. Rata-rata nilai transaksi harian susut 7,63% menjadi Rp 15,01 triliun dari pekan lalu Rp 16,24 triliun.Selanjutnya rata-rata frekuensi transaksi harian anjlok 8,15% menjadi 1,31 juta kali transaksi dari 1,42 juta kali transaksi pada pekan lalu. Di sisi lain, rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini turun 13% menjadi 24,41 miliar saham dari 28,05 miliar saham pada pekan sebelumnya.Investor asing melakukan aksi jual saham Rp 4,5 triliun selama sepekan. Pada pekan lalu, investor asing masih beli saham Rp 1,30 triliun.BEI juga mencatat pada Kamis, 19 Juni 2025, terdapat  dua pencatatan obligasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Obligasi I Dwi Guna Laksana Tahun 2025 dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan III Bank Victoria Tahap II Tahun 2025.Obligasi I Dwi Guna Laksana Tahun 2025 diterbitkan oleh PT Dwi Guna Laksana Tbk dicatatkan dengan nominal Rp300 miliar. Obligasi ini memperoleh peringkat irA- (Single A Minus) dari PT Kredit Rating Indonesia, dengan PT BankSinarmas Tbk bertindak sebagai Wali Amanat.Kemudian, Obligasi Subordinasi Berkelanjutan III Bank Victoria Tahap II Tahun 2025 diterbitkan oleh PT Bank Victoria International Tbk dengan nilai nominal sebesar Rp500 miliar. Peringkat yang diberikan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) untuk obligasi ini adalah idBBB (Triple B), dan PT Bank Mega Tbk berperan sebagai Wali Amanat dalam penerbitan tersebut.Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2025 adalah 58 emisi dari 37 emiten senilai Rp71,08 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 619 emisi dengan outstanding sebesar Rp491,84 triliun dan USD112,08 juta, yang diterbitkan oleh 134 emiten.Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 189 seri dengan nilai nominal Rp6.351,32 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat 7 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,22 triliun.Sebelumya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada periode 9-13 Juni 2025. Kenaikan IHSG didorong dari data ekonomi China dan Amerika Serikat hingga menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/6/2025), IHSG melonjak 0,74% dan ditutup ke posisi 7.166,06. Pekan lalu, IHSG melemah 0,87% ke posisi 7.113,42.Kapitalisasi pasar BEI juga menguat 0,92% menjadi Rp 12.495 triliun dari pekan lalu Rp 12.381 triliun.Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, ada sejumlah faktor yang mendorong kenaikan IHSG pekan ini. Pertama, rilis data China dan Amerika Serikat yang masing-masing cenderung melandai. Kedua, meningkatnya kembali tensi geopolitik di Timur Tengah.“Ketiga, terjadinya kesepakatan dagang antara AS dan China meski masih menunggu persetujuan akhir pada kedua belah pihak,” kata Herditya saat dihubungi .Keempat, Herditya menuturkan, menguatnya dolar AS terhadap rupiah di tengah kesepakatan perang dagang dan ada harapan akan ada cut rate.Sementara itu, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini. Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 15,52% menjadi 28,05 miliar saham dari 24,28 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian melambung 3,98% menjadi 1,42 juta kali transaksi dari 1,36 juta kali transaksi pada pekan lalu.Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan merosot 5,21% menjadi Rp 16,24 triliun dari Rp 17,14 triliun pada pekan sebelumnya. Investor asing membukukan aksi beli Rp 1,3 triliun selama sepekan. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu terjadi aksi jual sebesar Rp 4,7 triliun.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *