JAKARTA, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya setiap negara merancang filosofi ekonomi sesuai latar belakang masing-masing.
Menurutnya, kunci keberhasilan sebuah negara bukan meniru sistem ekonomi negara lain, melainkan percaya pada pendekatan yang selaras dengan budayanya sendiri.
Ia mencontohkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil selama tujuh tahun terakhir. Namun, pemerataan kesejahteraan belum tercapai.
“Ya, (tumbuh secara total) 35 persen dalam tujuh tahun, tetapi kita belum berhasil mencapai apa yang disebut efek tetesan ke bawah. (Yang mana) Kekayaan tetap dikuasai orang-orang kalangan atas, (yang jumlahnya) kurang dari 1 persen,” ujar Prabowo dalam pidato di forum The 28th St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF 2025), Jumat (20/6/2025).
“Dan ini bukan rumus untuk meraih kesuksesan, menurut saya. Oleh karena itu, menurut saya adalah bahwa setiap negara harus mengikuti filosofi ekonominya sendiri, filosofi ekonomi yang selaras, dan yang dapat diterima oleh budaya dan latar belakang masing-masing negara,” lanjutnya.
Baca juga: Prabowo Ungkap Penyebab Orang Miskin Indonesia Sulit Naik Status Jadi Middle Class
Ia menyinggung pengalaman negara-negara Asia Tenggara selama tiga dekade terakhir. Banyak dari negara tersebut, menurut Prabowo, justru gagal karena terlalu mengikuti kekuatan ekonomi besar dunia.
Mereka juga cenderung menganut sistem ekonomi dominan seperti kapitalisme neoliberal.
“Dalam 30 tahun terakhir, kita melihat dominasi filosofi pasar bebas klasik, kapitalis, neoliberal, yang pada dasarnya cenderung laissez-faire (minim campur tangan pemerintah),” ungkap Prabowo.
“Dan elit Indonesia mengikuti filosofi ini. Dan karena itu, menurut saya, kita belum berhasil menciptakan keadaan yang setara bagi semua rakyat kita,” tambahnya.
Baca juga: Akui Dampak Tarif Trump, Prabowo: RI Terpaksa Mencari Pasar Baru ke Afrika hingga Eurasia
Dalam sesi pleno SPIEF 2025 di St. Petersburg, Prabowo tampil sebagai kepala negara kedua yang menyampaikan pidato setelah Presiden Rusia Vladimir Putin.
Tokoh lain yang juga berbicara dalam forum ini antara lain Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile, Wakil Perdana Menteri China Ding Xuexiang, dan Penasihat Keamanan Nasional Bahrain Nasser bin Hamad Al Khalifa.