Tianjin – Umumnya pelabuhan dikenal sebagai salah satu penyumbang besar emisi karbon, baik dari mesin berat, kendaraan, maupun listrik berbahan bakar batu bara. Namun, Pelabuhan Tianjin di China telah mencapai status nol emisi karbon usai memperoleh sertifikat dari China Classification Society.“Pelabuhan ini sudah zero carbon. Jadi, kami menerima sertifikat zero carbon pada 2022,” kata Manajer Manajemen Operasional Pelabuhan Tianjin, Feng Miao saat ditemui Kamis (19/6/2025).Pelabuhan Tianjin menggunakan energi listrik ramah lingkungan atau yang berasal dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, hingga turbin angin. Sehingga, batu bara sebagai pembangkit listrik tak lagi digunakan di pelabuhan ini.Dia memastikan, seluruh peralatan bongkar muat, fasilitas transportasi horizontal, dan perlengkapan pendukung lainnya yang ada di Pelabuhan Tianjin sudah ditenagai listrik melalui sistem penyimpanan energi terbarukan yang terintegrasi. “Kami mulai membangun panel surya dan turbin angin sejak 2001, dan membutuhkan waktu sekitar setengah tahun untuk menyelesaikan semua perangkat dan fasilitasnya. Sekarang, semuanya menggunakan energi bersih sepenuhnya, yaitu panel surya dan angin,” jelas Feng.Menurutnya, saat ini pelabuhan Tianjin memiliki dua turbin angin yang dapat menghasilkan 5.863 kilowatt-jam per tahun. Setiap tahunnya, hanya kurang dari 5.000 kilowatt-jam yang digunakan.Pelabuhan Tianjin punya tiga dermaga kontainer dengan kapasitas masing-masing 200.000 ton dan mampu menampung kapal-kapal kontainer terbesar di dunia. Adapun panjang garis pantai operasional pelabuhan Tianjin mencapai 1.100 meter dengan luas daratan terminal sekitar 750.000 meter persegi.Pelabuhan Tianjin berperan penting dalam pengembangan ekonomi regional dan global. Sebab, ada lebih dari 800 pelabuhan di 200 negara terhubung dengan Tianjin, termasuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Feng menyebut, saat ini, terdapat banyak rute pelayaran langsung ke negara-negara seperti Bangladesh dan berbagai negara di Asia Tenggara. “Salah satu kapal di sini bahkan sedang menuju Asia Tenggara,” kata dia.Kendati data spesifik belum dipublikasikan, pihak pelabuhan menegaskan bahwa volume muatan ke Asia Tenggara terus meningkat, mengingat pertumbuhan jalur perdagangan dan rute pengiriman kontainer di kawasan tersebut.Tercatat, pada 2024, pelabuhan ini menangani 23,29 juta TEU kontainer. Angka ini naik dari 2,83 juta TEU pada 2023 dan ditargetkan mencapai 3,2 juta TEU di 2025. Kemudian, dari sisi efisiensi, pelabuhan Tianjin memanfaatkan otomatisasi sistem dan teknologi pintar. Hal ini membuat operasional pelabuhan tujuh kali lebih efisien, serta menghemat sekitar 20 persen tenaga kerja dibanding pelabuhan berukuran serupa di dunia.Pelabuhan ini mengadopsi konsep desain yang modern dan terintegrasi dengan teknologi terkini hasil pengembangan mandiri China. Di mana seluruh operasi pelabuhan berjalan secara otomatis, melibatkan penerapan teknologi kecerdasan buatan hingga big data.“Pelabuhan Tianjin bukan hanya pintu gerbang dagang, tetapi juga pusat inovasi hijau dan bagian penting dari konektivitas global dalam Belt and Road Initiative,” ujarnya.
Hijau dan Canggih, Melihat Terminal Nol Emisi Karbon di Pelabuhan Tianjin China

Tag:Breaking News