Asysyfa Maisarah tak putus asa untuk melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Anak buruh tani dari pelosok Sumatera Barat (Sumbar) ini berhasil menembus Universitas Gadjah Mada (UGM).
Lebih dari itu, Syfa, nama panggilannya, mendapatkan beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 0 rupiah.
Perjuangannya menjadi simbol harapan bagi banyak siswa di pelosok negeri yang merasa minder karena keterbatasan ekonomi.
Saat ini ia menjalani dua semester di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Syfa membuktikan bahwa mimpi besar bisa diwujudkan dengan semangat dan ketekunan.
Baca juga: Tips Dosen Unair Dapat Beasiswa Australia Awards, Tanpa Punya LoA
Syfa mengaku, awal kedatangannya ke Yogyakarta dipenuhi rasa haru dan khawatir. Ia berangkat dari kampung halaman dengan semangat, meski harus meninggalkan keluarga dan rumah untuk pertama kalinya.
Tak ada kerabat di Yogyakarta, namun ia bertekad bertahan dan membuktikan bahwa ia layak berada di kampus impiannya.
Perasaan waswas itu perlahan tergantikan oleh kekaguman saat ia berdiri di depan Gedung Pusat UGM dan melihat langsung ikon kampus seperti Pertamina Tower FEB, semakin menguatkan keyakinannya bahwa ia berada di tempat yang tepat.
“Perasaan Syfa antara senang, sedih, takut, khawatir, semuanya campur aduk menjadi satu,” tuturnya dikutip dari laman UGM, Selasa (20/5/2025).
Namun momen perjalanan kuliahnya tentu saja tidak selalu mudah. Tantangan akademik menjadi salah satu ujian terberat yang harus dihadapinya sejak awal semester pertama.
Baca juga: UGM Buka Seleksi Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ada Kuota 3.670 Kursi
Ia harus beradaptasi dengan ritme belajar yang jauh lebih cepat dan lingkungan akademik yang sangat kompetitif. Buku teks, tugas-tugas kompleks, dan diskusi kelas menjadi medan baru yang menuntut kerja keras ekstra.
Syfa memilih untuk menjadikan rasa tertinggal itu sebagai bahan bakar untuk terus berjuang.
“Di awal semester satu kemarin itu Syfa sempat minder dan juga stres karena ada di beberapa hal yang Syfa tidak paham namun teman-teman itu sudah melaju lebih jauh,” ujarnya.
Tidak hanya berfokus pada akademik, Syfa juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Ia melihat kehidupan kampus sebagai kesempatan untuk memperluas wawasan dan membangun jejaring.
Berbagai forum, seminar, hingga kepanitiaan menjadi wadah baginya untuk belajar di luar kelas.