Home / Jawa Barat / Gerakan Tanah Tipe Rayapan Kembali Terjadi, Kini Terjadi di Kabupaten Bekasi Jabar

Gerakan Tanah Tipe Rayapan Kembali Terjadi, Kini Terjadi di Kabupaten Bekasi Jabar

Bandung – Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan gerakan tanah tipe lambat berupa rayapan dengan material tanah pada permukiman dan lahan kebun, ditandai oleh retakan pada permukaan tanah dan rumah penduduk diduga terjadi di Kampung. Galang RT 07 RW 04 dan Kp. Cipencang RT 08 RW 04, Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat (Jabar).Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, lokasi bencana tidak tercantum informasi koordinat dan waktu kejadian bencana gerakan tanah namun lokasi sudah ditinjau oleh Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, Jabar.”Total enam rumah rusak, yaitu tiga unit di Kampung Galang dan tiga unit di Kampung Cipencang,” ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Jumat (13/6/2025).Wafid mengatakan faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena keberadaan material lepas berupa endapan sungai serta batulempung yang berpotensi menjadi bidang gelincir.Selain itu, kemungkinan pengaruh dinamika aliran Sungai Cipamingkis ditambah curah hujan tinggi sebagai pemicu.”Direkomendasikan masyarakat segera menutup celah retakan dengan material kedap atau tanah lempung untuk mengurangi peresapan air permukaan ke dalam tanah,” kata Wafid. Wafid juga menjelaskan jika lokasi gerakan tanah dekat dengan alur air atau Sungai Cipamingkis, maka disarankan untuk membuat struktur penahan erosi seperti bronjong serta melestarikan vegetasi di bantaran sungai.Untuk saluran drainase dibuat dengan konstruksi kedap dan dialirkan menjauhi zona retakan, termasuk saluran pembuangan limbah rumah tangga.”Rumah yang rusak dapat diperbaiki dan ditempati setelah retakan ditutup, kecuali jika berada di bantaran sungai,” ungkap Wafid.Wafid mengimbau agar masyarakat melakukan pemantauan mandiri terhadap perkembangan retakan dan melapor ke aparat setempat jika retakan meluas secara signifikan.Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah atau BPBD setempat dalam penanganan banjir atau tanah longsor.”Melakukan sosialisasi terkait gerakan tanah dan gejala yang mengawalinya serta memasang rambu peringatan rawan longsor di sekitar badan jalan,” ungkap Wafid. Kondisi Desa Sukamukti secara umum berada di dataran dengan kemiringan lereng datar hingga landai, setempat agak curam di sekitar alur air.Desa ini dibatasi oleh alur Sungai Cipamingkis di sisi barat yang mengalir ke timur laut. Daerah bencana berada pada elevasi antara 27 – 30 meter di atas permukaan laut (mdpl).”Berdasarkan Peta Geologi Lembar Karawang, Jawa (Achdan dan Sudana, 1992), lokasi bencana berada di sekitar Formasi Subang (Tms), Formasi Cihoe (Tpc) dan Endapan Sungai Muda (Qa). Fm. Subang terdiri dari batulempung, batupasir, dan batugamping pasiran sedangkan Fm,” terang Wafid.Cihoe sendiri, terdiri dari tuf dan batulempung tufan. Endapan Sungai Muda menempati bantaran Sungai Cipamingkis yang terdiri dari pasir, lumpur, kerikil dan kerakal.Wafid menuturkan tidak terdapat struktur geologi berupa sesar, lipatan, maupun kelurusan di sekitar lokasi gerakan tanah.”Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Juni 2025 di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana di Desa Sukamukti, Kec. Bojongmangu berada pada zona potensi terjadi gerakan tanah Menengah Tinggi,” jelas Wafid.Artinya sebut Wafid, daerah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu curah hujan tinggi atau di atas normal.Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :1.⁠ ⁠Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.2.⁠ ⁠Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.3.⁠ ⁠Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.4.⁠ ⁠Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *