Bumi kenari disematkan pada Kabupaten Alor, salah satu daerah di ujung timur Nusa Tenggara Timur (NTT). Surga di timur matahari, begitu julukan Kabupaten Alor, dikenal sebagai penghasil kenari terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.Tak hanya itu, Bupati Alor, Iskandar Lakamau mengatakan, kenari merupakan ikon daerah yang dipimpinnya. Kenari tak hanya dijual mentah, namun telah diolah oleh masyarakat Alor.”Makanya Alor dikenal juga dengan Nusa Kenari. Kami buat slogan, kenari itu kecil, elok, nyaman, rapi, indah, asli,” kata Iskandar ditemui Katadata.co.id di kantornya, Alor Utara, Kabupaten Alor, NTT, Jumat (13/6).Iskandar mendorong agar kenari menjadi salah satu bahan yang digunakan dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemkab Alor bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengkaji kemungkinan kenari dijadikan bahan pangan alternatif dalam menu MBG.Katadata.co.id juga berkesempatan menelusuri sejumlah wilayah di Kabupaten Alor, bertemu dengan pencari, pengepul, hingga penjual kenari. Untuk pengepul terbagi menjadi dua, yakni pengepul R1 dan R2. Pengepul R1 membeli kenari dari R2 yang mendapatkannya dari para pemungut kenari.Mereka disebut pemungut karena mencari kenari dan tak menanam sendiri. Di sejumlah daerah, kenari tumbuh liar sehingga diambil masyarakat untuk dijual.Di Pasar Rakyat Kadelang, Kalabahi Timur, terdapat penjual kenari yang mendapatkannya dari pengepul, salah satunya bernama Astuti (45). Dia biasa membeli kenari dari pengepul setiap satu minggu sekali dan menjual buah tersebut dengan harga Rp 80 ribu per kilogramnya. Sedangkan di Kecamatan Pantar, para pemungut kenari biasa menjualnya ke pengepul R2. Mereka mendapat hasil Rp 32 ribu untuk setiap kilogram kenari yang dijualnya. Para pengepul R2 kemudian menjualnya lagi pada pengepul R1 dengan harga Rp 36 ribu per kilogram.Salah seorang pengepul R2, Rian (29) mengatakan dalam seminggu ia bisa mengumpulkan kenari di empat titik, yakni Pasar Kabir, Pasar Bakalang, dan Pasar Lamalu. Pasar-pasar ini biasanya beroperasi seminggu sekali. Dari satu pasar, minimal Rian bisa menampung 20 kilogram kenari dalam satu hari.Hasil yang didapat oleh Rian lalu diserahkan pada pengepul R1, Ruben (35) yang merupakan lulusan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang. Di kediamannya, Ruben mengolah kenari sehingga siap dikirim pada konsumen.Kenari perlu melalui sejumlah tahapan sebelum akhirnya siap dikirim. Kenari yang didapat dari pengepul perlu dijemur terlebih dahulu selama satu jam agar kering.Setelah itu, kenari kemudian direbus dengan air panas selama tiga menit, hal ini diperlukan untuk memudahkan proses selanjutnya, yakni pengupasan. Setelah dikupas, kenari tanpa cangkang lalu dijemur di ruangan khusus pengering selama tiga hari lamanya.Dalam proses pengolahan kenari, ia mempekerjakan sejumlah ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Untuk proses pengupasan, Ruben memberi upah Rp 10.000 untuk setiap kilogram kenari yang berhasil dikupas.Dia juga bekerja sebagai tenaga teknis lapangan di UPT Maliang, Dinas Peternakan Kabupaten Alor, sejak 2014. Tugasnya adalah menyuntik ternak dan mengontrol kandang milik warga dengan upah Rp 400 ribu per bulan. Pekerjaan ini masih ditekuninya hingga saat ini.Ruben mengatakan, saat ini, terdapat dua jenis permintaan pasar, yakni kenari yang telah dikupas dan yang masih terbalut cangkangnya. Kebanyakan kenari tersebut dikirimkannya ke Kalimantan.Berbeda dengan Ruben, di Desa Munaseli, Daniel (usianya) memanfaatkan hutan konservasi seluas 10 hektare yang merupakan milik pemerintah. Termasuk dirinya, setidaknya 300 orang tercatat memanfaatkan kenari dari lahan tersebut.Daniel yang merupakan Ketua Asosiasi kenari Alor menjelaskan, di seluruh Alor timur terdapat lebih dari 5.000 hektare hutan konservasi. Setiap harinya, masyarakat di sana mencari kenari.Masyarakat tak dikenakan biaya untuk melakukannya, namun pemerintah meminta agar lingkungan tersebut wajib dijaga kelestariannya. Hal itu merupakan hasil dari berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup yang diwakili oleh KSDA Kabupaten Alor.Di sisi lain, Daniel juga mulai mencoba memanam sendiri kenari di rumahnya sejak 2016. Dibantu istrinya, Daniel menanam 300 pohon kenari. Beberapa di antaranya disebut telah dapat dipanen.Para pelaku di bidang kenari ini mengakui adanya peningkatan harga di pasar, padahal sebelumnya, komoditas ini tak terlalu dihargai. Daniel mengatakan, pada 2019 satu kilo kenari hanya dihargai Rp 10.000.Peningkatan harga jual kenari dimulai saat Wahana Visi Indonesia (WVI) masuk dalam lingkaran industri ini. Peran ini juga sempat disinggung Bupati Iskandar saat wawancara.Dalam prosesnya, WVI membuat pasar bayangan, yang menjadikan nilai jual kenari lebih tinggi dari pasar yang sebelumnya. Salah satu program yang disiapkan organisasi kemanusiaan tersebut adalah Inclusion.Melalui program ini, WVI bertujuan meningkatkan ekonomi petani. National Project Manager Inclusion WVI, Vinsensius Suwandi mengatakan, kenari menjadi salah satu yang masuk dalam program mereka.”Untuk meningkatkan ekonomi petani ini, kami menggunakan pendekatan yang namanya pengembangan sistem pasar,” kata Vinsens, di Alor, NTT Minggu (15/6).Ia mengatakan, sebelumnya kenari hanya dijual di Alor, dan penanamannya tidak rutin dilakukan. Dengan masuk ke dalam industri ini, WVI mencoba membuka jalur bagi masyarakat yang bergelut di bidang ini untuk menemukan pasarnya.”Kami bangun jaringannya, cari pembelinya, kami lihat potensi market di luarnya, di Jakarta, di Kalimantan. Kami mencari buyer-buyer-nya, pembeli-pembeli di luar, kami hubungkan dengan pengepul,” kata dia.Beriringan dengan itu, WVI juga mendampingi proses pengolahan bahan mentah kenari. Sehingga, peningkatan nilai jual juga dibarengi dengan peningkatan kualitasnya. Karena sifat program ini merupakan pendampingan, maka Inclusion akan berakhir di 2027.Langkah lainnya yang saat ini tengah diupayakan yakni mendorong sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari kenari. Salah satu manfaat dari pengurusan sertifikasi itu bisa dimanfaatkan untuk ekspor.
Kenari di Ujung Timur NTT: Komoditas Andalan Lokal yang Diusulkan jadi Menu MBG

Tag:Breaking News