Beijing – Pasca serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran pada pekan lalu, perhatian dunia kini tertuju pada bagaimana kekuatan-kekuatan global merespons konflik tersebut. Tiongkok dan Amerika Serikat, dua aktor geopolitik utama, memilih jalur yang berbeda dalam menyikapi krisis Timur Tengah ini.Dikutip dari laman CNN, Senin (16/6/2025) Tiongkok memanfaatkan situasi ini untuk menampilkan diri sebagai pihak netral dan berupaya menjadi penengah. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, melakukan pembicaraan telepon terpisah dengan Menlu Iran, Seyed Abbas Araghchi, dan Menlu Israel selama akhir pekan.Dalam komunikasi tersebut, Wang mengecam keras serangan Israel dan menegaskan bahwa Beijing siap “memainkan peran konstruktif,” dalam meredakan konflik.”China dengan tegas mengutuk pelanggaran Israel terhadap kedaulatan, keamanan dan integritas teritorial Iran dan mendukung Iran dalam menjaga kedaulatan nasional serta kepentingannya yang sah,” tegas Wang dalam pernyataan resmi pemerintah Tiongkok.Langkah ini mempertegas posisi Tiongkok yang kian vokal dalam isu-isu global, sekaligus memperlihatkan garis geopolitik baru yang menjauh dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Sikap keras terhadap Israel ini juga kontras dengan pendekatan Tiongkok terhadap Rusia dalam konflik Ukraina, di mana Beijing enggan mengutuk invasi Moskow dan justru mempererat hubungan dengan Kremlin. Sementara itu, dari sisi Amerika Serikat, respons yang disampaikan mantan Presiden Donald Trump lebih bersifat retoris ketimbang diplomatis. Dalam unggahan di platform Truth Social pada Minggu (15/6), Trump mengklaim bahwa “Iran dan Israel akan segera berdamai,” meskipun ia tidak memberikan bukti atau rincian mengenai pernyataan tersebut.”Iran dan Israel seharusnya membuat kesepakatan dan akan membuat kesepakatan. Kita akan segera mencapai perdamaian,” tulis Trump, yang juga menyebutkan kemungkinan keterlibatan AS dalam konflik meskipun belum terjadi aksi militer secara langsung.Pernyataan Trump itu bertolak belakang dengan sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sehari sebelumnya menegaskan bahwa operasi militer terhadap Iran justru akan semakin ditingkatkan.Dalam wawancara dengan media AS, Trump mengakui adanya potensi bahwa Washington bisa terseret dalam konflik jika ketegangan terus meningkat. “Ada kemungkinan kita bisa terlibat dalam pertempuran yang sedang berlangsung antara dua musuh bebuyutan di Timur Tengah itu,” ujarnya.Perbedaan pendekatan antara Tiongkok dan AS terhadap konflik Iran-Israel menunjukkan dinamika geopolitik global yang semakin terpecah. Di satu sisi, Tiongkok berusaha mengisi kekosongan diplomatik dengan memainkan peran sebagai perantara damai. Di sisi lain, AS justru menunjukkan ketidakjelasan arah, dengan pernyataan politis yang belum diikuti langkah konkret.Dengan ketegangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dunia kini menanti apakah inisiatif damai seperti yang ditawarkan Tiongkok bisa membuahkan hasil, atau justru konflik akan terus melebar dengan kemungkinan keterlibatan kekuatan besar lainnya.
Respons China dan AS di Tengah Ketegangan Iran-Israel

Tag:Breaking News