Home / Disabilitas / Rawat Jemaah Haji Disabilitas dan Lansia Selama Safari Wukuf, Petugas: Harus Ikhlas dan Tidak Baperan

Rawat Jemaah Haji Disabilitas dan Lansia Selama Safari Wukuf, Petugas: Harus Ikhlas dan Tidak Baperan

Jakarta – Jemaah haji penyandang disabilitas dan lansia telah menjalani safari wukuf. Ini adalah wukuf yang dilakukan secara tidak mandiri.Jemaah yang sakit, lansia, atau disabilitas diantar menggunakan ambulance atau kendaraan untuk melangsungkan wukuf di padang Arafah.Dalam pelaksanaannya, petugas haji memiliki andil yang besar dalam menyukseskan program safari wukuf. Program ini menjadi program unggulan penyelenggaraan haji tahun 2025.Sebanyak 120 petugas safari wukuf melayani dan membersamai 477 jemaah lansia, penyandang disabilitas dan risiko tinggi. Petugas ini terbagi dalam 10 tim, setiap tim terdiri dari satu dokter, satu perawat, dan sisanya gabungan dari petugas lansia dan pembimbing ibadah.Satgas safari wukuf bertugas melayani dan merawat jemaah selama 10 hari, yaitu 1-10 Juni 2025 di hotel transit safari wukuf.Tony Hartanto, salah satu dokter petugas safari wukuf menceritakan, setiap petugas safari wukuf harus bertugas dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Karena ada sebagian jemaah yang memang sangat menguji kesabaran.“Maklum, jemaah ini memiliki riwayat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki penyakit jantung, diabetes, sesak, hingga penyandang disabilitas yang suka berbicara kotor,” terang Toni mengutip laman Kementerian Agama, Senin (16/6/2025). Dokter yang sehari-harinya bertugas di RS Aisyiyah Kudus, Jawa Tengah, juga mengatakan bahwa para petugas safari wukuf harus bekerja dengan ikhlas dan tidak baper (bawa perasaan).”Dalam menjalankan tugas, kita harus ekstra sabar dan ikhlas. Dan yang terpenting tidak baperan,” tambahnya. Tidak baper ini ia terapkan dalam menangani salah satu jemaah. Namanya Sohib, usia sekitar 70 tahun yang merupakan penyandang disabilitas netra.Ketika ihram, Sohib menuruti semua saran petugas. “Beliau cenderung diam dan nurut. Ketika disuapi ya mau, disuruh ibadah juga mau,” katanya.Tapi begitu tahallul dan selesai ihram, Sohib ini menunjukkan sikap yang berbeda, yaitu sering melontarkan kata-kata kotor dan berbuat yang kurang pantas.”Beliau menjadi suka marah dan sering mengganggu jemaah lainnya,” ujar Toni.Sohib juga sering mengetuk pintu kamar jemaah lainnya. Jemaah tersebut menganggap hotel ini Rumah Sakit dan dibangun olehnya. Untungnya, dalam menghadapi beberapa pasien, ia dan petugas lainnya dibekali dengan kesabaran dan keikhlasan.”Kalau ditegur dia suka marah dan kita pernah dipukul,” tutur Toni. Kerap juga, lanjut Toni, petugas harus mencuci kasur yang penuh dengan kotoran jemaah.”Jemaah ada yang BAB (buang air besar) di kasur, lantas kita cuci dan jemur. Untungnya jemurnya cepat kering,” ungkap Tony.Hal yang berkesan lainnya adalah, Tony sempat melarikan jemaah safari wukuf ke rumah sakit Arab Saudi. Jemaah tersebut sesak dan sempat hilang nadinya. Karena berpengalaman di emergency, dokter muda ini mengaku langsung memompa jantung jemaah tersebut.“Alhamdulillah, nyawa jemaah tersebut bisa terselamatkan dan saat ini masih dirawat di RS Arab Saudi,” terang dia. Ia bersyukur, karena perannya bisa membantu jemaah selama 10 hari di Tanah Suci. Sebagaimana ada seorang jemaah yang ia bantu suntik insulin karena menderita diabetes.”Ibu itu berucap terima kasih karena merasa sudah kita rawat dengan baik. Disitulah sangat menyentuh hati saya,” kenang Tony.Di balik perjuangan Tony dan kawan-kawan menjalankan tugasnya, ia merasa bersedih dan prihatin, lantaran ada isu pungli yang secara tidak langsung menyinggung petugas lansia.Ia menegaskan, hal itu bukan petugas safari wukuf, karena petugas hanya menerima jemaah di hotel transit. “Layanan safari wukuf itu gratis, tidak menarik iuran dari jemaah samasekali,” pungkasnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *