Jakarta – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau sering disebut dengan Wall Street anjlok pada perdagangan hari Jumat setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara terhadap Iran. Namun, saham-saham di sektor energi mampu bertahan.Mengutip CNBC, Sabtu (14/6/2025), Indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 769,83 poin atau 1,79% berakhir pada 42.197,79. Indeks S&P 500 turun 1,13% dan ditutup pada 5.976,97. Sementara Nasdaq Composite turun 1,30% dan ditutup pada 19.406,83.Aksi jual hari Jumat menyeret indeks utama ke wilayah negatif pada minggu ini. S&P 500 turun 0,4%, sementara Nasdaq turun 0,6%. Dow turun 1,3% selama seminggu.Saham Nvidia dan saham lain yang telah memimpin pemulihan pasar dari posisi terendah bulan April turun karena investor mengurangi risiko.Kebalikannya, saham-saham di sektor minyak mampu bertahan dan bahkan naik. Saham Exxon naik 2%, sementara Lockheed Martin dan RTX masing-masing melonjak lebih dari 3%.Penurunan pasar dimulai pada Kamis malam saat menteri pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan keadaan darurat khusus menyusul serangan Israel terhadap Iran.NBC News menulis bahwa dua pejabat AS mengatakan bahwa mereka tidak ada keterlibatan dalam serangan tersebut. Pada hari Jumat, penurunan saham memburuk setelah Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa Iran meluncurkan rudal ke Israel, sebagai balasan atas serangkaian serangan udara Israel.Televisi pemerintah Iran mengatakan pada Jumat sore bahwa Iran tidak akan berpartisipasi dalam putaran keenam negosiasi nuklir dengan AS yang direncanakan untuk akhir pekan ini. Harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate keduanya melonjak lebih dari 7% pada perdagangan Jumat. Pada satu titik, minyak mentah WTI mendekati USD 74 per barel.Tak berbeda jauh, harga emas juga naik ke level tertinggi hampir dua bulan, didorong oleh permintaan untuk aset yang aman.“Konflik ini menambah tantangan pada kekhawatiran yang sudah cukup besar yang terus ada di pasar–kekhawatiran itu tidak akan hilang begitu saja. Paling tidak, lonjakan harga minyak mentah, jika terus berlanjut, akan berdampak hampir seketika pada angka inflasi,” kata kepala investasi Siebert Financial Mark Malek. Presiden AS Donald Trump, dalam unggahan Jumat pagi di situs media sosialnya Truth Social, memperingatkan Iran untuk datang ke meja perundingan.“Telah terjadi kematian dan kehancuran besar, tetapi masih ada waktu untuk mengakhiri pembantaian ini, dengan serangan berikutnya yang sudah direncanakan akan lebih brutal. Iran harus membuat kesepakatan, sebelum tidak ada yang tersisa, dan menyelamatkan apa yang dulu dikenal sebagai Kekaisaran Iran,” tulis Trump.“Tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi kehancuran, LAKUKAN SAJA, SEBELUM TERLAMBAT.”Trump mengatakan dalam unggahan pagi yang terpisah bahwa ia memberi Iran kesempatan kedua untuk membuat kesepakatan nuklir.“Dua bulan lalu saya memberi Iran ultimatum 60 hari untuk ‘membuat kesepakatan.’ Mereka seharusnya melakukannya! Hari ini adalah hari ke-61,” tulisnya.
Wall Street Turun Parah Dampak Perang Israel-Iran, Dow Jones Anjlok 700 Poin

Tag:Breaking News