Home / Energi / Harga Minyak Naik 7% Usai Israel Serang Iran, Indonesia Genjot Produksi Domestik

Harga Minyak Naik 7% Usai Israel Serang Iran, Indonesia Genjot Produksi Domestik

Indonesia akan meningkatkan produksi dalam negeri untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak hingga lebih dari 7% pada Jumat pagi (13/6), mencapai titik tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan harga tersebut terjadi setelah Israel menyerang Iran, yang secara dramatis meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran tentang terganggunya pasokan minyak.Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengatakan untuk mengatasi situasi ini Indonesia akan meningkatkan produksi dalam negeri. “Kita kan ada ketahanan energi, kami akan mengusahakan produksi migas dalam negeri terutama untuk crude. Tadinya tingkat produksi sekitar 560-570 ribu barel per hari (bph), sekarang ini rata-rata produksi sudah di atas 600 ribu bph,” kata Yuliot saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (13/6).Yuliot menyebut rata-rata produksi minyak Juni 2025 bahkan sudah di atas 610 ribu bph. Harga minyak mentah Brent naik US$ 5,29, atau 7,63%, menjadi US$ 74,65 per barel pada Jumat pagi, setelah mencapai titik tertinggi intraday di US$75,32, tertinggi sejak (2/4). Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 5,38, atau 7,91%, menjadi US$ 73,42 per barel setelah mencapai titik tertinggi di $74,35, tertinggi sejak 3 Februari.Israel mengkornfirmasi bahwa mereka telah menyerang Iran. Sementara media Iran melaporkan ledakan terjadi di Teheran, Jumat (13/6). Serangan terjadi saat AS berupaya memenangkan perjanjian Iran guna menghentikan produksi bahan untuk bom atom. “Serangan Israel terhadap Iran telah meningkatkan premi risiko lebih lanjut,” kata analis energi senior MST Marquee Saul Kavonic, dikutip dari Reuters. “Konflik perlu meningkat ke titik pembalasan Iran terhadap infrastruktur minyak di wilayah tersebut sebelum pasokan minyak benar-benar terdampak secara material,” katanya, seraya menambahkan bahwa Iran dapat menghalangi hingga 20 juta barel pasokan minyak per hari melalui serangan terhadap infrastruktur atau membatasi jalur melalui Selat Hormuz dalam skenario ekstrem.Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan serangan Israel terhadap Iran ditujukan untuk merusak infrastruktur nuklirnya, pabrik rudal balistiknya, dan banyak kemampuan militernya.Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut serangan Israel terhadap Iran sebagai “tindakan sepihak” dan mengatakan Washington tidak terlibat. Dia juga mendesak Teheran untuk tidak menargetkan kepentingan atau personel AS di wilayah tersebut.”Iran telah mengumumkan keadaan darurat dan bersiap untuk membalas, yang meningkatkan risiko tidak hanya gangguan tetapi juga penularan di negara-negara penghasil minyak tetangga lainnya,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.”Meskipun Trump telah menunjukkan keengganan untuk berpartisipasi, keterlibatan AS dapat semakin meningkatkan kekhawatiran,” ujarnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *