Home / Peristiwa / Kementerian Kebudayaan Luncurkan Laboratorium Penerjemah dan Promotor Sastra, Dorong Sastra Indonesia Mendunia

Kementerian Kebudayaan Luncurkan Laboratorium Penerjemah dan Promotor Sastra, Dorong Sastra Indonesia Mendunia

Jakarta – Dalam upaya memperkuat ekosistem sastra nasional sekaligus mendorong internasionalisasi karya sastra Indonesia, Kementerian Kebudayaan resmi meluncurkan dua program strategis: Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra.Peluncuran ini dibuka melalui Diskusi Publik bertajuk “Sastra Mendunia: Peran Penerjemah dan Promotor dalam Internasionalisasi Sastra Indonesia” yang berlangsung di Graha Utama, Kompleks Kemendikbud, Jakarta.Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran sastra dalam diplomasi budaya. Menurutnya, dunia sastra dan industri buku Indonesia menyimpan potensi besar untuk tampil di panggung internasional.”Ini merupakan salah satu tantangan yang harus segera kita jawab. Oleh karena itu, program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Promotor Sastra ini sangat penting sebagai wadah bagi pemula dan pelaku industri, termasuk editor dan pegiat literasi, untuk turut serta dalam membangun ekosistem agen sastra Indonesia dan mempromosikan karya-karya kita di tingkat internasional,” ungkapnya.Program Laboratorium Penerjemah Sastra dirancang untuk menjawab kebutuhan akan penerjemah sastra yang andal dan profesional. Melalui pelatihan intensif bersama narasumber nasional dan internasional, program ini menargetkan lahirnya generasi penerjemah muda yang mampu membawa karya sastra Indonesia ke kancah global.Sementara itu, Laboratorium Promotor Sastra hadir untuk membekali agen dan promotor dengan pengetahuan serta keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam memperluas jaringan dan distribusi sastra Indonesia ke dunia internasional. Materi pelatihan meliputi agensi sastra, hak cipta, strategi pitching, pemasaran hak terjemahan, hingga negosiasi kontrak penerbitan. Pendaftaran untuk Laboratorium Penerjemah Sastra dibuka mulai 26 Mei hingga 15 Juni 2025, sedangkan Laboratorium Promotor Sastra hingga 16 Juni 2025. Pelaksanaan kelas akan berlangsung pada Juli hingga September 2025 secara luring dan daring. Informasi lengkap tersedia di akun Instagram resmi @pusbangfilm dan @kemenkebud.Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, menyatakan bahwa sastra kini menjadi salah satu dari lima ekosistem budaya yang tengah difokuskan pengembangannya, selain film, musik, seni pertunjukan, dan seni rupa.“Seperti arahan dari Bapak Menteri, ada lima ekosistem yang tengah diperkuat, yakni ekosistem film, musik, seni pertunjukan, seni rupa, dan yang kini sedang sangat berkembang, yaitu ekosistem sastra. Harapannya, semangat yang sama juga tumbuh di ekosistem sastra, dan bersama-sama kita menjadikan sastra Indonesia mendunia serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.Mahendra menambahkan, hasil pemetaan awal terhadap ekosistem sastra telah dilakukan melalui berbagai diskusi dengan pemangku kepentingan. Penguatan ekosistem ini dipetakan ke dalam lima ranah utama: kreasi dan produksi, diseminasi, konsumsi dan apresiasi, internasionalisasi, serta penguatan SDM dan infrastruktur.“Walaupun belum mencakup semuanya, langkah ini menunjukkan semangat kita untuk menguatkan ekosistem sastra—yang sejatinya sudah punya sejarah panjang dan kuat di Indonesia. Sudah saatnya kita kembali menempatkannya di panggung nasional dan internasional,” pungkasnya. Program ini turut menggandeng mentor internasional. Salah satunya adalah Lara Norgaard, penulis esai dan penerjemah fiksi dari Indonesia, Brasil, dan Amerika Latin. Dalam video sambutannya, ia mengaku antusias bisa berperan aktif dalam Laboratorium Penerjemah Sastra.Lara berharap program ini menjadi ruang belajar dan kolaborasi yang produktif bagi para penerjemah pemula di Indonesia.Senada, Jérôme Bouchaud dari Astier-Pecher Literary Agency di Paris, yang bertindak sebagai mentor dalam Laboratorium Promotor Sastra, menyebut potensi besar sastra Indonesia di kancah internasional.“Kita perlu lebih cermat dalam mengidentifikasi potensinya, mengangkatnya kembali, dan mengembangkannya. Dalam laboratorium ini, peserta akan dibimbing mulai dari dasar-dasar profesional hingga simulasi praktik, termasuk bagaimana menyusun naskah, membangun kepercayaan dengan penulis, memahami hak cipta dan kontrak, serta mempersiapkan karya terjemahan untuk memasuki pasar internasional,” ujarnya dalam video yang ditayangkan saat diskusi publik.Diskusi publik ini turut dihadiri tokoh-tokoh penting, seperti Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Budaya, Endah T.D. Retnoastuti, Direktur Bina SDM, Lembaga, Pranata Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal, serta Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Anissa Rengganis.Narasumber yang berpartisipasi dalam kegiatan ini antara lain: Dalih Sembiring (penerjemah), Eka Kurniawan (penulis), Lara Norgaard (penerjemah), Jérôme Bouchaud (agen sastra), Dhianita Kusuma Pertiwi (penerjemah), dan Yani Kurniawan (agen sastra).

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *