JAKARTA, Merek asal China semakin gencar masuk ke pasar Indonesia.
Kehadirannya membuat persaingan di pasar otomotif nasional, khususnya segmen kendaraan listrik, semakin ketat.
Baca juga: Pengalaman Buruk Penumpang Bus AKAP: Kecoa di Dalam Kabin
Strategi utama yang digunakan adalah menawarkan fitur lengkap dengan harga yang kompetitif.
Hasilnya, mobil listrik asal China mulai dilirik konsumen Tanah Air, namun juga memicu persaingan di tengahnya.
Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif sekaligus dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), menilai bahwa kompetisi harga antar merek China sangat memengaruhi pasar dalam negeri.
“Perang harga antar produsen EV China sangat memengaruhi pasar otomotif Indonesia,” kata Yannes kepada , Minggu (8/6/2025).
Baca juga: Simak Skema Operasi Penindakan Truk ODOL
“Ini akan memicu reaksi pesaing seperti GWM yang menyebut strategi ini berpotensi merusak industri. Persaingan agresif juga melibatkan Geely dan Chery. Merek non-China seperti Toyota dan Hyundai belum merespons dengan pemotongan harga besar, tetapi mulai terdorong menyesuaikan strategi,” ujarnya.
Menurut Yannes, di pasar domestik China, persaingan harga yang sangat ketat bahkan membuat pemerintah setempat turun tangan agar stabilitas industri tetap terjaga.
“Perang harga ini dipicu oleh overproduksi dan ketatnya kompetisi di China, yang memiliki lebih dari 169 produsen. Pemerintah China mulai menekan praktik ini karena khawatir terhadap stabilitas industri,” ucap Yannes.
Meski demikian, Yannes melihat kondisi ini memberi keuntungan bagi pasar Indonesia.
“Sementara itu, konsumen Indonesia akan mendapat manfaat dari harga EV murah dan bermutu tinggi,” tambahnya.
Baca juga: MotoGP Aragon 2025: Marc Marquez Dominasi Semua Sesi
Gelagat perang harga di segmen mobil listrik terlihat sejak pameran GIIAS 2023.
Saat itu, Wuling meluncurkan Air EV Lite sebagai varian termurah dari Air EV.
Dengan banderol awal Rp 206 juta dan insentif PPN yang dipangkas dari 11 persen menjadi 1 persen, harga jualnya turun menjadi Rp 188,9 juta.