Home / MONEY / Tabungan Masyarakat Melemah, Apa yang Terjadi di 2025?

Tabungan Masyarakat Melemah, Apa yang Terjadi di 2025?

JAKARTA, KOMPAS.com – Kondisi tabungan masyarakat Indonesia masih menunjukkan tren penurunan pada Mei 2025. Data Mandiri Institute mencatat, indeks tabungan dari seluruh kelompok penghasilan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan penurunan paling dalam dialami oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Indeks tabungan kelompok bawah—yakni nasabah dengan saldo rata-rata kurang dari Rp 1 juta—turun ke level 79,6 pada Mei 2025. Angka ini lebih rendah 6,3 poin dibandingkan Mei 2024 yang tercatat sebesar 85,9.

Sementara itu, kelompok menengah dengan saldo rata-rata antara Rp 1 juta hingga Rp 10 juta, hanya mengalami penurunan tipis, dari 100,9 menjadi 100,8. Kelompok atas dengan saldo lebih dari Rp 10 juta juga mencatat penurunan indeks dari 96,7 menjadi 93,3 pada periode yang sama.

“Selama hampir sepanjang 2025, tabungan ini, terutama untuk kelompok bawah, sedikit menurun trennya,” kata Head of Mandiri Institute, Andre Simangunsong, dalam acara Mandiri Macro and Market Brief Kuartal II 2025, Senin (19/5/2025).

Baca juga: Survei: Kelas Menengah Pilih Makan Tabungan daripada Pinjaman Berbunga

Kendati demikian, ia mencatat adanya perbaikan kecil pada pertengahan Mei 2025 untuk kelompok bawah. Setelah menyentuh titik terendah pada April, indeks tabungan kelompok ini kembali ke level 79,6. Menurut Andre, hal ini mengindikasikan adanya kenaikan pendapatan pada sebagian masyarakat berpenghasilan rendah.

“Jadi, ini suatu tanda positif. Tren tabungan ini agak sedikit menurun, tapi dari data kami terbaru di 11 Mei untuk kalangan bawah, ini level tabungannya mulai meningkat. Jadi, semoga ini menjadi katalis positif ke depan,” ujarnya.

Penurunan indeks tabungan turut sejalan dengan melemahnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga Maret 2025, DPK hanya tumbuh 4,75 persen secara tahunan. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2024 yang sebesar 7,44 persen secara tahunan.

Baca juga: Fenomena Makan Tabungan Masih Berlanjut, Tabungan Masyarakat di Bank Turun ke Level Terendah

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, mengatakan bahwa pertumbuhan DPK saat ini masih jauh di bawah masa sebelum pandemi Covid-19, yang saat itu mencapai 11,4 persen.

“Kalau lihat datanya, pre-Covid tabungan tumbuh 11,4 persen. Kalau sekarang, tumbuh total DPK saja di bawah 5 persen. Tahun 2023 itu 3,21 persen untuk tabungan, tahun 2024 5,94 persen. Jadi, jauh memang dibandingkan dengan posisi waktu pre-Covid dulu,” ungkapnya.

Ia menambahkan, selain penurunan tabungan di kelompok bawah dan menengah, lesunya pertumbuhan DPK juga bisa disebabkan oleh alokasi dana ke instrumen lain seperti emas atau produk investasi lainnya.

Sebagai perbandingan, saldo tabungan pekerja migran di BNI bahkan mengalami kenaikan signifikan sebesar 19,5 persen pada kuartal I 2025, menjadi 2,14 miliar dollar AS atau sekitar Rp 35,31 triliun.

Baca juga: Anak Buah Erick Thohir Pastikan Tabungan di Bank BUMN Tak Dipakai untuk Modal Danantara

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *