JAKARTA, Pemerintah Indonesia menegaskan pentingnya penguatan World Trade Organization (WTO) melalui reformasi agar ke depannya WTO lebih adaptif terhadap dinamika global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejak awal pendiriannya, WTO relatif dapat berkontribusi dalam meningkatkan perdagangan global.
Namun, peran WTO akhir-akhir ini mengalami sejumlah tantangan di tengah kondisi perekonomian global yang tidak stabil.
Baca juga: Syarat Gabung OECD, Pemerintah Akan Perluas Lingkup Kerja KPK
Dinamika global yang terjadi menyebabkan disrupsi kebijakan yang bersifat multilateral.
Kemudian, terdapat perbedaan pandangan terhadap regulasi ataupun mandat WTO yang dianggap kurang relevan dengan kondisi saat ini.
Selain itu, antar sesama negara anggota WTO juga saling bersaing, sehingga menyebabkan pertemuan WTO beberapa kali gagal dilaksanakan.
Dalam lima tahun terakhir, penyelesaian sengketa di WTO juga terganggu.
“Sejak berdiri di tahun 1995, WTO relatif berhasil meningkatkan perdagangan global dan terjadi penurunan tarif, berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan, serta menciptakan lapangan kerja. Tapi relevansi ini mengalami sejumlah tantangan,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (4/6/2025) malam.
Untuk itu, Indonesia mendukung penguatan sistem perdagangan multilateral melalui Agenda Reformasi WTO.
Reformasi WTO ini dibahas bersama 31 negara kunci WTO dalam forum Informal Gathering of WTO Trade Minister.
Airlangga mengungkapkan, Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala menilai Indonesia sebagai negara besar di Asia Tenggara memiliki posisi yang strategis untuk mewakili negara-negara berkembang agar kepentingan seluruh negara dapat diwakili di WTO.
Dalam pertemuan itu, hampir seluruh negara anggota yang hadir memiliki pandangan yang sama bahwa WTO dapat meningkatkan perannya agar dapat menjadi perisai terhadap kondisi perdagangan global yang tengah menghadapi perang tarif.
Oleh karenanya, dalam pertemuan WTO Ministerial Conference (MC) ke-14 di Kamerun pada 26-29 Maret 2026 mendatang, akan menjadi momen krusial untuk reformasi sistem WTO agar tidak menjadi lembaga yang gagal akibat kondisi perdagangan global yang berubah.
“Indonesia menjanjikan nanti dalam pertemuan Tingkat Menteri ke-14 di Kamerun, WTO wajib mencapai hasil yang lebih baik. Indonesia akan menugaskan Dubes Indonesia di WTO untuk membuat persiapan terkait dengan rencana tersebut,” ungkapnya.
Baca juga: Serahkan Initial Memorandum, Proses Indonesia Jadi Anggota Penuh OECD Semakin Dekat…