JAKARTA, Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4, yang terdiri dari bank-bank dengan modal inti di atas Rp 70 triliun, memang selama ini menjadi favorit investor di sektor perbankan. Namun, geliat pertumbuhan kinerja bank-bank di luar KBMI 4 justru mulai mencuri perhatian para analis dan pelaku pasar.
Beberapa bank di luar KBMI 4 menunjukkan pertumbuhan kinerja yang lebih kuat dibandingkan bank-bank besar. Sementara bank jumbo seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hanya mencatat pertumbuhan laba tipis 0,7 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp 15,2 triliun selama Januari–April 2025, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) bahkan mencatat laba stagnan di angka Rp 6,9 triliun.
Sebaliknya, bank di luar KBMI 4 seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencetak pertumbuhan laba 6,2 persen YoY menjadi Rp 2,38 triliun. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga mencatat peningkatan laba dari Rp 2,18 triliun menjadi Rp 2,26 triliun dalam periode yang sama.
Baca juga: Kredit Perbankan Capai Rp 7.960,94 Triliun per April 2025, Kredit Investasi Tumbuh 15,96 Persen
Menurut Ekky Topan, Analis Infovesta Utama, meski bank-bank non-KBMI 4 memiliki skala aset dan jangkauan bisnis yang lebih kecil, mereka justru punya fleksibilitas lebih dalam membidik segmen pasar tertentu.
“Masing-masing bank punya keunikan dalam positioning-nya di ekosistem perbankan. Misalnya, BSI sebagai pemain utama di sektor syariah, dan CIMB Niaga atau OCBC NISP (NISP) yang lebih konservatif tapi stabil,” ujar Ekky, dikutip dari Kontan.
Ia menambahkan, saham-saham perbankan di luar KBMI 4 layak dipertimbangkan untuk koleksi jangka menengah dan panjang, apalagi bagi investor yang ingin mendiversifikasi portofolionya.
“Bank-bank ini tetap layak masuk watchlist akumulasi, terutama jika harga saham melemah tanpa diiringi penurunan fundamental,” ucapnya.
Baca juga: Prospek Saham BSI (BRIS) di Tengah Pertumbuhan Pembiayaan dan Bisnis Emas
Dukungan serupa juga disampaikan Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia. Ia melihat prospek cerah bagi beberapa saham bank non-KBMI 4, seiring pertumbuhan kredit yang solid dan kenaikan pendapatan bunga.
“Outlook sektor perbankan ke depan positif, selaras dengan arah kebijakan The Fed yang dovish dan stabilitas ekonomi domestik,” kata Audi.
Audi menyebut BSI (BRIS) sebagai salah satu saham yang layak diakumulasi, dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih 17 persen YoY pada 2025 dan target harga Rp 3.660 per saham.
Baca juga: OCBC NISP Bakal Bagi Dividen Tunai Rp 2,43 Triliun, Rp 106 Per Saham
Sementara itu, Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, lebih merekomendasikan saham CIMB Niaga. Menurutnya, strategi digitalisasi yang terus dikembangkan bank asal Malaysia ini merupakan keunggulan tersendiri.
“Tidak banyak bank yang konsisten berinovasi di sisi digital banking. Ini akan membuahkan hasil jangka menengah hingga panjang,” ujar Nico.
Nico menetapkan target harga saham CIMB Niaga di level Rp 2.150 per saham. Adapun pada penutupan perdagangan Senin (2/6/2025), saham BNGA berada di posisi Rp 1.735, terkoreksi 2,53 persen dibanding penutupan sebelumnya.
Baca juga: CIMB Niaga Raup Laba Bersih Rp 1,80 Triliun Per Kuartal I 2025
Sebagai informasi, KBMI adalah kategorisasi bank oleh OJK berdasarkan modal inti yang dimiliki, yang diatur dalam POJK Nomor 12/POJK.03/2021.
Rinciannya, KBMI 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan Rp 6 triliun, sedangkan KBMI 2 adalah bank dengan modal inti maksimal Rp 14 triliun. KBMI 3 adalah bank dengan modal inti maksimal Rp 70 triliun, dan KBMI 4 adalah bank dengan modal inti lebih dari Rp 70 triliun.
Saat ini, bank berstatus KBMI 4 di Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Baca juga: Sinyal Positif Perbankan: LPS Pangkas Drastis Dana Intervensi