Saraf terjepit bukan sekadar masalah pegal atau nyeri pinggang biasa. Jika dibiarkan tanpa penanganan medis yang tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan serius, bahkan berisiko menyebabkan kelumpuhan lokal.
Menurut dr. Irca Ahyar, Sp.N, DFIDN dari DRI Clinic, saraf terjepit terjadi ketika celah antar ruas tulang belakang menyempit, lalu menjepit jaringan bantalan dan saraf di sekitarnya.
“Ketika bantalan keluar dari tempatnya karena benturan atau pergeseran tulang, saraf akan terhimpit. Jika terus dibiarkan, saraf itu bisa rusak permanen,” ujarnya.
Baca juga: Saraf Terjepit Tak Pandang Usia, Ini Penyebab dan Cara Mencegahnya
Saraf yang terjepit memiliki dua fungsi utama: mengatur gerakan otot dan memberi sensasi raba rasa.
Artinya, ketika fungsi ini terganggu, bagian tubuh yang dikendalikan oleh saraf tersebut bisa mengalami penurunan fungsi secara drastis.
“Misalnya, saraf yang terjepit berada di ruas lumbar 3 (L3) yang mengendalikan paha. Bila tidak diterapi, otot paha luar akan mengecil dan tidak lagi berfungsi optimal,” jelas Irca.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pasien bisa mengalami gejala seperti mati rasa, kesemutan, hingga hilangnya sensasi raba.
Dalam kondisi berat, kaki bisa tidak merasakan luka atau tusukan, yang tentu berbahaya jika luka tersebut tak disadari dan memburuk.
Baca juga: Saraf Terjepit Sering Dianggap Pegal Biasa, Ini Cirinya Menurut Dokter
Pemulihan saraf terjepit bukan perkara cepat. Dibutuhkan proses panjang karena regenerasi saraf berjalan lambat.
“Berbeda dengan kulit yang bisa cepat sembuh, saraf memerlukan waktu lebih lama untuk pulih, apalagi jika kerusakannya sudah berat,” kata Irca.
Ia menekankan bahwa pengobatan bukan hanya bertujuan menghilangkan nyeri, melainkan memperbaiki sumber masalah.
Dokter perlu menangani struktur tulang yang bergeser agar ruang antar ruas kembali normal dan tidak menjepit saraf lagi.
“Sayangnya, banyak pasien berhenti terapi karena merasa nyerinya sudah hilang. Padahal, masalah utamanya belum tuntas. Jika struktur tulang belum diperbaiki, risiko nyeri dan kelumpuhan bisa kembali menghantui,” ujarnya.
Baca juga: Saraf Terjepit Bisa Dipicu Kebiasaan Sepele, Ini Penjelasan Dokter…
Meski terdengar serius, risiko saraf terjepit sebenarnya bisa diminimalkan. Salah satunya adalah dengan mengenali kemampuan tubuh, terutama kekuatan otot punggung.
“Otot yang tidak terlatih lalu dipaksa angkat beban berat bisa mencengkeram tulang belakang, menyebabkan penyempitan celah antar tulang,” jelasnya.
Irca juga menganjurkan peregangan rutin, terutama pada area tulang belakang, serta skrining sejak usia sekolah untuk mendeteksi kelainan struktur tulang seperti skoliosis.
“Jika sejak dini kita tahu kondisi tulang kita, penanganannya bisa lebih tepat. Dan kita bisa mencegah risiko yang lebih besar di kemudian hari,” pungkasnya.
Jika Anda merasakan pegal berkepanjangan di bagian pinggang atau kaki, sebaiknya jangan abaikan. Bisa jadi itu tanda awal saraf terjepit yang perlu segera diperiksakan.