JAKARTA, Upaya membangun ekosistem logistik halal antara Indonesia dan Malaysia membawa dampak ekonomi yang menjanjikan, termasuk pengembangan infrastruktur teknologi seperti sistem data center halal yang terintegrasi. Kolaborasi ini dinilai mampu meningkatkan kepercayaan pasar global terhadap rantai pasok produk halal dan membuka peluang bisnis baru, terutama di sektor digital dan logistik.
Hal ini menjadi sorotan utama dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Kolaborasi Industri Halal Internasional – Johor dan Indonesia yang digelar TransTRACK bersama Perbadanan Islam Johor (PIJ) Halal Ventures di Jakarta, Rabu (28/5/2025). Acara ini turut dihadiri oleh perwakilan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), dan ESQ Halal Center.
Salah satu isu yang dibahas adalah pentingnya sinkronisasi sertifikasi halal antarnegara dan peran teknologi dalam meningkatkan keterlacakan produk halal di seluruh rantai pasok. Menurut TransTRACK, sistem pemantauan logistik halal yang terintegrasi secara digital belum sepenuhnya tersedia di Asia Tenggara. Ini menjadi celah yang bisa diisi oleh pengembangan data center halal dan sistem logistik berbasis teknologi.
Baca juga: Data Center Baru Microsoft Buka Peluang Ekonomi Rp 41 Triliun
“Dari sisi teknologi, kami melihat masih ada ruang besar dalam pengawasan logistik halal secara real-time. Belum ada sistem yang benar-benar terintegrasi untuk memantau pergerakan barang halal dan memastikan distribusi bebas dari kontaminasi produk non-halal,” ujar Aris Pujud Kurniawan, Co-founder sekaligus CTO TransTRACK, dikutip dari keterangan pers, Kamis (29/5/2025).
Langkah TransTRACK ini juga sejalan dengan rencana Pemerintah Negara Bagian Johor yang tengah mengembangkan Integrated Halal Logistics System (IHLS) dan Halal Logistics Platform (HLP) di kawasan ekonomi khusus (SEZ) Johor. Lokasinya yang strategis di dekat perbatasan Singapura, serta didukung infrastruktur digital yang memadai, dinilai dapat menjadi tulang punggung ekosistem logistik halal regional.
Pemerintah Johor melalui PIJ Halal Ventures sebelumnya telah menandatangani perjanjian kerja sama strategis dengan TransTRACK pada Agustus 2024. Rencana pengembangan ini juga membuka peluang bagi pendirian pusat distribusi atau warehouse halal antara Indonesia dan Malaysia, yang nantinya dapat menjadi simpul penting dalam jaringan distribusi halal ASEAN.
Baca juga: Google PHK Ratusan Karyawan di Divisi Android dan Pixel, Bakal Fokus ke AI dan Data Center
Chief Operating Officer TransTRACK, Hari Setiawan, menyebut FGD ini menghasilkan kesepahaman bahwa produk bersertifikat halal dari satu negara tak perlu disertifikasi ulang di negara mitra, melainkan cukup didaftarkan. “Ini akan mempermudah dan mengefisienkan perdagangan lintas negara. Kesepahaman ini menjadi angin segar bagi pelaku industri halal,” ujarnya.
Menurut data yang dikutip dalam diskusi tersebut, nilai ekonomi halal global diproyeksikan mencapai 5 triliun dollar AS atau sekitar Rp 82.500 triliun pada 2030. Permintaan pasar terus tumbuh, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap konsumsi etis dan standar halal.
Melalui kolaborasi ini, Indonesia dan Malaysia berpeluang besar untuk memperkuat peran sebagai pusat industri halal dunia, termasuk dalam pengembangan pusat data halal, platform digital perdagangan halal, hingga logistik berbasis teknologi yang transparan dan terverifikasi.
Dengan hadirnya teknologi yang mendukung efisiensi dan keterlacakan logistik halal, sektor-sektor seperti makanan, kosmetik, farmasi, hingga e-commerce dapat lebih kompetitif dalam menjangkau pasar ekspor.