JAKARTA, Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Riano P Ahmad, mendukung langkah Gubernur Jakarta Pramono Anung melarang penggunaan ondel-ondel untuk mengamen di jalanan.
Riano menilai, pelarangan ini merupakan langkah tepat demi menjaga marwah ondel-ondel sebagai ikon budaya Betawi.
“Ondel-ondel itu merupakan ikon dari budaya Betawi. Namanya ikon, wajib ditempatkan kepada tempatnya, bukan dijadikan hal-hal yang pada akhirnya membuat estetika kurang baik,” ujar Riano saat dikonfirmasi, Kamis (29/5/2025).
Menurutnya, pemanfaatan ondel-ondel untuk mengamen justru merendahkan nilai seni dan budaya yang terkandung dalam kesenian khas Betawi.
Baca juga: Gebrakan Baru Pramono: Larang Ondel-ondel untuk Mengamen hingga Pasang 100 CCTV
Ia juga menyambut baik adanya langkah pembinaan, bahkan penindakan, terhadap pihak-pihak yang menyalahgunakan ikon budaya ini.
Berdasarkan pengamatan dan hasil penertiban Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), kata Riano, selama ini banyak pengamen ondel-ondel justru bukan berasal dari Jakarta.
“Ini (ondel-ondel) merupakan ikon budaya Betawi yang tidak bisa disalahgunakan atau tidak bisa dalam tanda kutip dilecehkan,” kata dia.
Riano menekankan pentingnya pendekatan edukatif, terutama kepada para pelaku remaja yang kerap terlibat. Ia menilai, mereka harus diberi pemahaman bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan prinsip pelestarian budaya.
“Pelakunya kebanyakan anak-anak, remaja. Maka perlu ada pembinaan, edukasi yang dilakukan ini adalah hal yang bertentangan terkait ikon kebudayaan dari masing-masing suku etnis yang tentunya harus ditempatkan yang pada tempatnya bukan direndahkan seperti pengamen,” kata Riano.
Sebelumnya, Pramono Anung menegaskan bahwa ondel-ondel tidak boleh lagi digunakan untuk mengamen di jalanan.
Ia mengatakan, pemerintah daerah akan mendorong pembentukan regulasi atau undang-undang untuk melestarikan ondel-ondel sebagai bagian dari warisan budaya Betawi.
“Ya sekarang ini saya akan meminta ondel-ondel bukan untuk di jalanan. Tapi merupakan bagian dari budaya utama Betawi,” ucap Pramono saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (28/5/2025).
Pramono juga menyebut, ondel-ondel adalah warisan budaya dinamis yang harus dihargai dan dirawat.
Baca juga: Survei Indikator: Kepuasan Masyarakat terhadap Dedi Mulyadi Tertinggi, Pramono Urutan 5
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, lanjut Pramono, akan memberikan perhatian lebih kepada 42 sanggar ondel-ondel yang saat ini terdata di ibu kota.
“Saya termasuk yang kemudian memesankan supaya, mohon maaf ondel-ondel tidak digunakan untuk mencari mengamen lah. Tetapi betul-betul dirawat dengan baik,” ungkap Pramono.
Pramono menilai, fenomena mengamen menggunakan ondel-ondel adalah cerminan dari kurangnya fasilitas dan perhatian terhadap pelaku seni.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak melibatkan para seniman ondel-ondel dalam berbagai acara resmi di Jakarta.
“Kita undang berbagai acara di ibu kota, acara yang banyak banget,” ungkap Pramono.