Jakarta Musim 2024/2025 jadi mimpi buruk yang tak lekang dalam sejarah Manchester United. Kekalahan demi kekalahan membuat Old Trafford kehilangan auranya, dan Ruben Amorim berdiri sebagai simbol ketidakpastian.Meski begitu, sang manajer tak ragu menyampaikan janji optimistis kepada suporter. Di hadapan publik Old Trafford, Amorim berkata, “Hari-hari baik akan datang,” meski realita menunjukkan sebaliknya.Kalimat itu jadi pembuka dari pertanyaan besar: Kapan dan bagaimana kebangkitan itu akan terjadi? Mengingat saat ini kondisi terbaru Manchester United, dari performa, hingga kualitas skuad belum cukup mumpuni.Manchester United menyelesaikan musim dengan finis di posisi ke-15 klasemen Premier League. Ini adalah pencapaian terburuk dalam era pasca-Sir Alex Ferguson dan bahkan nyaris membawa mereka ke zona degradasi.Dari 27 laga di bawah Ruben Amorim, mereka hanya meraih 27 poin—rata-rata satu poin per pertandingan. Bahkan, 10 poin di antaranya didapat dari lawan yang akhirnya terdegradasi, membuat statistik ini tampak lebih suram.Kekalahan dari tim-tim seperti Tottenham (empat kali), serta rentetan hasil negatif melawan tim papan tengah memperjelas betapa buruknya performa mereka. Hanya Everton dari papan bawah yang gagal mengalahkan mereka, dan itu pun United beruntung bisa seri.Ironisnya, beberapa performa terbaik United justru muncul saat menghadapi tim kuat. Mereka sukses memenangkan derby Manchester di Etihad, serta menyingkirkan Arsenal di Emirates di ajang FA Cup.Mereka juga menahan imbang Liverpool di Anfield, menunjukkan bahwa United masih punya potensi. Namun sayangnya, hasil-hasil seperti itu hanya muncul sebagai anomali di tengah musim yang didominasi inkonsistensi.Sayangnya, United akan absen dari kompetisi Eropa musim depan, memutuskan peluang mengulang kejutan melawan tim seperti Bilbao atau Lyon. Kekosongan ini seharusnya jadi peluang untuk membenahi fondasi permainan.Amorim datang dengan ide besar: Membentuk tim dengan sistem 3-4-3 yang modern dan fleksibel. Namun sayangnya, hingga akhir musim tak terlihat adaptasi signifikan dari skuad terhadap taktik tersebut.Para pemain tampak bingung dalam peran masing-masing, terutama ketika transisi bertahan ke menyerang. Kelemahan ini terekspos dalam banyak pertandingan, terutama melawan tim-tim dengan pressing tinggi.Lebih parahnya lagi, usia dan riwayat cedera beberapa pemain membuat sistem ini tak bisa diterapkan maksimal. Amorim pun dituntut untuk mengevaluasi kebutuhan tim secara realistis menjelang musim depan.Satu tantangan besar Amorim ada di bursa transfer. Dengan bujet terbatas, United diyakini butuh hingga 10 pemain baru, termasuk striker, gelandang dinamis, wing-back, dan bek tengah cepat.Sayangnya, kemampuan United menjual pemain untuk mendanai transfer dikenal buruk. Beberapa kompromi pun harus dilakukan, termasuk mempertahankan pemain yang tidak ideal hanya karena tak laku di pasar.Andre Onana, misalnya, bisa jadi tetap dipertahankan meski performanya tak meyakinkan. Sementara nama-nama seperti Rasmus Hojlund, Alejandro Garnacho, dan Kobbie Mainoo terancam dijual demi memenuhi kebutuhan PSR. Hubungan Amorim dengan beberapa pemain juga dikabarkan renggang. Marcus Rashford sempat berselisih dengan sang pelatih, sementara Garnacho sudah diminta mencari klub baru.Ironisnya, pemain yang tampil paling konsisten, Bruno Fernandes, justru bisa jadi incaran klub lain. Kehilangan kapten seperti Fernandes bisa memukul mental tim lebih jauh lagi.“Sekarang kita harus memilih, tetap terjebak di masa lalu atau bersatu dan bergerak maju,” kata Amorim. Namun dengan konflik internal dan skuad tak stabil, retorika itu tampak seperti harapan kosong.Musim depan, Amorim harus menambal selisih 14 poin hanya untuk menyamai posisi Bournemouth di peringkat ke-9. Untuk bersaing ke zona Liga Champions, selisihnya bahkan mencapai 24 poin.Target yang masuk akal? Mungkin hanya mencoba finish di posisi 8 besar dan mengincar tiket UEFA Conference League. Sebuah ambisi yang terdengar kecil untuk klub sebesar Manchester United.“Saya harus membuktikan musim depan,” tegas Amorim. Tapi jika tren buruk tak berubah, bisa jadi United akan membayar mahal karena tetap percaya padanya terlalu lama.
Man United Finish 15 Besar: Ironi, Harapan, dan Janji Kosong Ruben Amorim

Tag:Breaking News