Jakarta Ketika Enzo Maresca menuliskan tesisnya berjudul ‘Sepak Bola dan Catur’ di Coverciano, pusat kepelatihan legendaris Italia, tak banyak yang menyangka bahwa analogi itu akan menjadi fondasi filosofi kepelatihannya kelak.Coverciano telah melahirkan banyak pelatih top dunia. Di sana, Maresca menjabarkan bagaimana sepak bola tak hanya soal fisik atau teknik, melainkan juga tentang strategi, pemetaan ruang, dan pergerakan yang presisi, seperti permainan catur.”Yang terpenting adalah permainan posisi dan strategi. Bagi seorang pelatih, penting untuk memiliki mentalitas pemain catur: mengembangkan rencana, mempelajari gerakan lawan, memilih susunan bidak,” ujar Maresca dikutip dari The Coaches’ Voice.Kini, analogi itu bukan sekadar narasi akademik. Di bawah tangan dingin Maresca, Chelsea musim 2024/2025 telah berubah dari tim yang kehilangan arah menjadi kesebelasan yang tampil dengan struktur dan tujuan yang jelas.Karier kepelatihan Maresca dimulai dari jalur yang tak biasa. Pada 2020, Pep Guardiola menunjuknya untuk memimpin tim Elite Development Squad (EDS). Di sana, Maresca memoles talenta muda seperti Romeo Lavia hingga Cole Palmer.Namun, ketika ia mencoba peruntungan sebagai pelatih kepala di Parma pada 2021, kenyataan berbicara lain. Hanya 14 laga yang ia jalani sebelum didepak. Tapi, seperti dalam catur, satu langkah mundur kadang diperlukan untuk melakukan serangan yang lebih baik.Guardiola, yang sudah melihat potensi Maresca, membawanya kembali ke City sebagai asisten tim utama. Ia pun menjadi bagian penting dalam musim bersejarah 2022/2023 ketika Manchester City meraih treble winners.Pengalaman itulah yang menjadi modal besar ketika Leicester City memberikan kepercayaan padanya. Dia kemudian mampu membawa The Foxes menjuarai Championship dan kembali ke Premier League hanya dalam satu musim.Juni 2024 menjadi titik balik. Chelsea, yang baru saja melewati musim penuh gejolak, menunjuk Maresca sebagai juru taktik baru. Tugasnya jelas: membangun kembali identitas klub, mengembalikan kepercayaan pemain, dan tentu saja, membawa hasil.Maresca tak mengubah Chelsea secara radikal. Ia bukan pelatih yang datang dengan revolusi besar. Sebaliknya, ia memilih pendekatan yang sistematis, bertahap, dan tenang. Namun, dari ketenangan itulah lahir transformasi besar.Dalam 56 pertandingan musim ini, Chelsea mencatatkan 34 kemenangan, 9 hasil imbang, dan hanya 13 kekalahan. Mereka mencetak 116 gol dan kebobolan 58, angka yang menunjukkan keseimbangan antara agresivitas menyerang dan kedisiplinan bertahan.Lebih dari itu, Maresca membawa Chelsea finis di posisi empat besar Premier League dan melaju ke final UEFA Conference League.
Profil Enzo Maresca: Lulusan Coverciano yang Melihat Sepak Bola Seperti Catur

Tag:Breaking News